Pasaman Barat Benahi Budidaya Jagung dari Pembenihan Hingga Panen

id Memi Zesmita

Pasaman Barat Benahi Budidaya Jagung dari Pembenihan Hingga Panen

Jagung. (Antara)

Simpang Empat, (Antara Sumbar) - Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat (Sumbar) berupaya membenahi budidaya tanaman jagung mulai dari pembenihan sampai dengan penanganan pascapanen.

"Awalnya jangan pilih bibit palau atau bibit bodong. Pemilihan benih jagung harus bisa dilakukan oleh petani sendiri dengan melihat kualitas dan hasil yang diperoleh," kata Kepala Dinas Pangan Hortikultura dan Peternakan Pasaman Barat, Memi Zesmita di Simpang Empat, Rabu.

Ia mengatakan pemilihan bibit sangat menentukan kualitas dan hasil yang diperoleh. Petani agar bisa selektif dalam menentukan produk yang dipakai.

Menurutnya setiap tanah di daerah masing-masing berbeda dan satu merek belum tentu bisa berkembang di banyak daerah. Untuk itu petani diharapkan bisa pandai-pandai memilih bibit.

Selain membenahi kualitas jagung sejak pembenihan, juga dilakukan pembenahan pada pascapanen dan pengolahan pasar.

Hasil panen jagung tidak untuk jagung bakar saja tapi juga mengarah kepada pengembangan jenis usaha lainnya seperti kue, minyak, dan pakan ternak.

"Berbagai bantuan terus kita berikan kepada petani. Pada saat perayaan HUT RI ke-72 lalu, kita langsung memberikan bantuan berbagai macam alat untuk petani," katanya.

Menuruntya pembenahan pascapanen juga dilakukan dengan pengolahan menggunakan teknologi mesin konseler. Mesin konseler tersebut mampu mengurangi setengah biaya pascapanen saat memisahkan jagung dengan tongkolnya.

Pembenahan pertanian jagung dari pembenihan hingga pascapanen sangat perlu dilakukan mengingat kebutuhan benih jagung mencapai 500 ton setiap tahun.

Salah seoramng petani, Adnan (53) mengatakan berbagai bantuan yang diberikan oleh pemerintah daerah sangat efektif membantu petani jagung untuk meningkatkan pendapatannya.

Ia berharap kedepannya, pembinaan kelembagaan sangat perlu ditingkatkan karena selama ini bantuan kurang efektif jika tidak ada pengelolaan yang baik untuk petani dari kelompok. (*)