Empat Nagari di Agam Dikembangkan Sebagai Nagari Mandiri Pangan

id Nagari Mandiri Pangan

Empat Nagari di Agam Dikembangkan Sebagai Nagari Mandiri Pangan

(FOTO ANTARA SUMBAR/Arif Pribadi)

Lubukbasung, (Antara Sumbar) - Pemerintah Kabupaten Agam, Sumatera Barat, mengembangkan nagari atau desa adat mandiri pangan pada 2017 dalam meningkatkan ketahanan pangan melalui pemberdayaan sumber daya lokal di daerah itu.

Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermanto di Lubukbasung, Minggu, mengatakan pengembangan nagari pangan ini tersebar di sejumlah kecamatan, yakni Nagari Koto Tanggah Kecamatan Tilatangkamang, Nagari Sungai Tanang Kecamatan Banuhampu, Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso dan Nagari Duo Koto Kecamatan Tanjungraya.

Ia menjelaskan nagari mandiri pangan ini merupakan program Pemerintah Provinsi Sumbar dan penetapan keempat nagari ini berdasarkan surat dari Gubernur Sumbar No 521/206/DP/2017 tentang penetapan lokasi nagari, kelurahan dan desa pelaksana nagari pangan 2017.

"Terpilihnya nagari tersebut karena tingkat ketersediaan bahan pangan dan gizi masih rendah di daerah itu," ujarnya.

Untuk itu, dalam program ini nagari tersebut akan di tanaman tanaman keluarga, tanaman musiman dan tanaman tua seperti, cabai, tomat, bawang, jenis sayur-sayuran lainnya, jeruk, pokat, jengkol, nangka dan lainnya.

"Ini sesuai dengan tujuan dari program tersebut untuk membangun ekonomi masyarakat berbasis pertanian," katanya.

Bibit tanaman itu berasal dari Pemprov Sumbar dan Pemkab Agam. Sementara jenis tanaman sesuai dengan kondisi wilayah agar program ini berjalan dengan baik dan direncanakan program ini berlangsung sampai 2021.

Saat ini, tambahnya, program tersebut sudah jalan dan masyarakat sudah menyiapkan lokasi.

"Kita telah menyerahkan bibit jengkol, petai, nangka dan cabai," katanya.

Anggota DPRD Agam, Jondra Marjaya berharap program ini berjalan dengan baik sehingga tujuan akan tercapai.

Untuk mencapai itu, dinas terkait selalu mendampingi dan memberikan sosialisasi menanam tanaman dengan teknologi ramah lingkungan agar beberapa tahun kedepan tanaman itu berbuah dan hasilnya bisa dimanfaatkan untuk menambah gizi mereka.

"Tanpa sosialisasi ini, maka program tidak akan sukses," katanya. (*)