IDI Sumbar: Mentawai Kekurangan Dokter Spesialis

id IDI, Sumbar, Dokter, Spesialis, Mentawai

Padang, (Antara Sumbar) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), menyatakan Kabupaten Kepulauan Mentawai kekurangan dokter spesialis kebidanan dan penyakit dalam.

"Sebagai syarat berdirinya sebuah rumah sakit tipe C, di Mentawai itu tidak terpenuhi," kata Sekretaris IDI Sumbar, dr. Harefa ketika dihubungi dari Padang, Rabu.

Ia menambahkan syarat untuk berdirinya rumah sakit tipe C tersebut salah satunya adalah empat dokter spesialis yaitu spesialis kebidanan, spesialis penyakit dalam, spesialis bedah, dan sepesialis anak.

"Di Mentawai masih kurang dua dokter spesialis yang merupakan dasar dan ditambah dengan dokter spesialis anastesi. Belum lagi jika kita berbicara mengenai dokter spesialis lainnya seperti spesialis mata, THT dan sebagainya," ujar dia.

Ia mengungkapkan kendala kurangnya dokter spesialis di daerah itu adalah karena pada setiap daerah berbeda-beda sistemnya, misalnya tunjangan kelangkaan profesi, karena seorang dokter spesialis setelah tamat dari pendidikan akan berusaha bagaimana meningkatkan perekonomian keluarga.

"Jika dibandingkan dengan provinsi tetangga, maka Sumbar berada jauh di bawah, karena biaya yang dikeluarkan untuk menempuh pendidikan dokter spesialis itu tidak murah," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Bidang (Kabid) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dinkes Sumbar, Lila Yanwar mengatakan rasio dokter spesialis yang tersebar di 19 kabupaten/kota di Sumbar telah mencukupi bahkan lebih karena mencapai 10,6 orang per 100 ribu penduduk.

"Normalnya kan rasio itu 10 dokter spesialis tiap 100 ribu orang penduduk. Sumbar telah memiliki lebih sehingga dari segi jumlah telah mencukupi," katanya.

Ia menjelaskan permasalahan saat ini ialah penyebaran dokter spesialis itu belum merata untuk tiap daerah Sumbar.

Hal ini disebabkan adanya sistem yang tidak membenarkan pemindahan dokter antar kabupaten/kota, melainkan hanya bisa dimotivasi agar tiap daerah melakukan pengadaan dokter spesialis sendiri.

Selain ketersediaan dokter spesialis yang belum merata, ia juga mengakui belum semua sarana dan prasarana kesehatan di Sumbar tercukupi, baik itu di rumah sakit ataupun puskesmas. (*)