Yuddy Chrisnandi Anggap HT Penyebab Kegagalan Hanura

id Yuddy Chrisnandi Anggap HT Penyebab Kegagalan Hanura

Yuddy Chrisnandi Anggap HT Penyebab Kegagalan Hanura

Harry Tanoesoedibyo. (Antara)

Jakarta, (Antara) - Ketua DPP Partai Hanura Yuddy Chrisnandi mengatakan banyak kader Partai Hanura yang menilai Harry Tanoesoedibyo (HT) sebagai penyebab kegagalan Partai Hanura menjadi partai papan atas dan diperkirakan hanya memperoleh 5-6 persen, dan menduduki peringkat 10 dari 12 Partai. "Kader-kader partai Hanura di pusat dan daerah, kecewa kepada Hary Tanoe yang dianggap gagal menjalankan strategi pemenangan Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) yang dipimpinnya karena minimnya pengalaman orang yang dibawanya ke Hanura," kata Yuddy yang kini berada di Ternate melalui pesan singkat kepada Antara, Rabu. Yuddy menambahkan, ingkar janji HT untuk memberikan uang saksi kepada ratusan ribu kader yang sudah disiapkan partai mengakibatkan Hanura kehilangan potensi pemilih lebih dari lima juta orang. Atas hasil tersebut, menurut dia, banyak kader-kader yang menginginkan HT mundur dari Hanura sebagai bentuk pertanggungjawabannya. Ia menambahkan, kontribusi HT yang dirasakan langsung oleh Hanura adalah iklan TV di grup MNC-nya dan "billboard". "Namun iklan tidak cukup mampu mengangkat Hanura, Hanura harus puas menempati ranking ke 10 pada pemilu legislatif ini," ucapnya. Sementara itu, skenario pencapresan Wiranto - Harry Tanoe berantakan setelah Hanura diperkirakan hanya meraih 5-6 persen suara, berada di posisi sepuluh, dan dikalahkan pendatang baru Nasional Demokrat yang diperkirakan meraih 6 - 7 persen. Dalam realitas politik saat ini, baru calon presiden PDIP Joko Widodo (Jokowi) yang secara matematis memegang tiket untuk bisa mencalonkan diri dalam pemilihan presiden, setelah menggandeng Nasdem dalam koalisi. Seperti diatur dalam UU no 42 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, pencalonan presiden hanya dapat dilakukan oleh partai politik atau gabungan partai yang memiliki minimal 20 persen kursi di parlemen atau 25 persen dari total suara nasional dalam pemilu legislatif. (*/jno)