International Literacy Festival kembali digelar, rajut sinergi antar bangsa

id International Literacy Festival,literasi dunia,padang panjang,Pusat Dokumentasi Informasi Kebudayaan Minangkabau

International Literacy Festival kembali digelar, rajut sinergi antar bangsa

Panitia dan peserta International Minangkabau Literacy Festival kunjungi PDIKM Padang Panjang, Kamis. (ANTARA/Isna)

Padang Panjang (ANTARA) - International Minangkabau Literacy Festival (IMLF) yang diselenggarakan selama lima hari di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat, bertujuan merajut sinergi antara bangsa dalam membangun tatanan dunia baru melalui gerakan literasi berskala dunia, kata Ketua Panitia Sastri Yunizarti Bakri.

"Tujuan dari IMLF ini adalah untuk meningkatkan budaya literasi yang semakin kompleks di era 4.0," katanya saat bersama rombongan mengunjungi Pusat Dokumentasi Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM) di Padang Panjang, Kamis.

Iven yang diselenggarakan oleh Satu Pena yang didukung Sumbar Talenta pada 22 hingga 27 Februari 2023 di Kota Bukittinggi itu, tambahnya juga bertujuan untuk berbagi wawasan, ilmu pengetahuan dan pengalaman terkait dunia literasi dalam berbagai aspek pendidikan, kesenian, kebudayaan dan ekonomi kreatif.

"Bukan literasi saja, tapi juga mempromosikan dan mengenal lingkungan Minangkabau dan objek wisata Sumbar yang semakin berkembang ke internasional," ujarnya.

Ia mengatakan iven ini menargetkan menumbuhkembangkan kecakapan literasi dalam interaksi global menuju tatanan dunia baru yang telah menembus batas negara.

Selain itu juga mengembangkan kecakapan sosio-kultural dalam membangun kesalingpahaman dan integritas diri sebagai penduduk dunia baru.

Peserta IMLF antara lain dari Komunitas Satu Pena seluruh Indonesia, sastrawan, budayawan, seniman dari berbagai negara, profesional terkait literasi, seperti dosen, guru, pustakawan, arsiparis, sejarawan, filolog, penggiat literasi, seperti pengelola rumah baca, taman bacaan masyarakat, dan sejenisnya, penerbit, pengelola media, aparatur sipil negara yang mengemban jabatan struktural dan fungsional terkait literasi.

Delegasi dari negara asing yang hadir di antaranya Australia, Belanda, Brunei Darussalam, China, Kamboja, Malaysia, Thailand, Singapura, Spanyol, Argentina dan India. Kegiatan IMLF juga melibatkan siswa, mahasiswa, sekolah dan komunitas lainnya.

Kegiatan selama festival mencakup seminar, diskusi panel, workshop mengenai menulis akademik dan menulis kreatif, pameran literasi dan pameran buku, pertunjukan kebudayaan dan bazar makanan dan pertunjukan kesenian.

Kegiatan yang dilakukan merupakan terobosan serta meningkatkan daya minat berliterasi diinisiasi organisasi Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Satu Pena Sumatera Barat dan Sumbar Talenta Indonesia Foundation, didukung Kemendagri dan Pemerintah Provinsi Sumbar.

"Salah satu topik bahasan dalam event IMLF adalah membahas tentang literasi budaya Minangkabau, dalam perspektif sejarah, sekarang dan akan datang," tambahnya.

Perwakilan delegasi IMLF dari Australia, Prof. David Reeve, menyebutkan ini merupakan kali keduanya ia datang ke Sumbar, khususnya ke Kota Padang Panjang setelah pertama kali pada 1985 atau 38 tahun yang lalu.

Ia mengaku sangat terkesan dengan Sumatera Barat khususnya dengan keindahan alam serta adat istiadat yang kaya dan kompleks.

“Kecintaan saya terhadap Sumbar saya tuangkan dalam bentuk buku. Tetapi tidak membahas adat istiadat maupun alamnya. Yang saya bahas tentang angkot Padang dan bis Minangkabau," katanya.

Ia mengungkapkan dirinya memilih tema angkot Padang dan bus Minangkabau lantaran memiliki dekorasi yang unik pada dindingnya, simbol beserta gambar dan bahasanya.

“Dari sini saya melihat simbol-simbol budaya populer. Jadi buku saya itu adalah angkot dan bus Minangkabau nilai nilai budaya populer. Jadi kalau ada yang ingin melihat atau membaca buku saya silahkan datang ke pameran buku di Bukittinggi," katanya.

Ia mengakui Sumbar dan Padang Panjang khususnya telah menjadi sumber inspirasi untuk karya-karyanya.

Sementara itu Sekda Sonny Budaya Putra berharap kegiatan IMLF dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, karena ini menjadi salah satu momen penting dalam literasi budaya Minangkabau itu sendiri.