Bukittinggi dukung Masjid Jami' Birugo jadi destinasi wisata religi, miliki sejarah kelahiran MUI Sumbar

id Masjid jami' birugo,Bukittinggi,Wisata religi,Sumatera barat

Bukittinggi dukung Masjid Jami' Birugo jadi destinasi wisata religi, miliki sejarah kelahiran MUI Sumbar

Wali Kota Bukittinggi Erman Safar saat meninjau benda sejarah yang ada di Masjid Jami' Birugo. (Antara/Alfatah)

Bukittinggi (ANTARA) - Wali Kota Bukittinggi Erman Safar mendukung Masjid Jami' Birugo dijadikan destinasi wisata religi di Sumatera Barat karena banyaknya peristiwa bersejarah yang terjadi di salah satu masjid tertua di kota wisata itu.

Erman Safar menyatakan keinginan dan dukungannya itu saat mengunjungi Masjid Jami' Birugo bersama Tim Safari Ramadan Pemkot Bukittinggi, Kamis (07/04) malam.

"Di masjid ini tempat berkumpulnya ulama besar Sumatera Barat sejak dulu, di sini juga Majelis Ulama Sumbar pertama kali berdiri, jauh sebelum MUI didirikan, kita dukung menjadi tempat wisata religi bersejarah Minangkabau," katanya.

Ia mengatakan banyaknya referensi sejarah perkembangan ajaran Islam yang kental dari Masjid yang terletak di Jalan Sudirman Bukittinggi itu.

"Hampir semua ulama besar di jamannya berkumpul di Masjid Birugo ini, saya meyakini adanya dokumen sejarah yang membuktikannya di kearsipan pemkot," kata dia.

Ia mengatakan Masjid Jami' Birugo juga menjadi tempat bermusyawarahnya Ulama yang melahirkan MUI Sumbar pada 1968 hingga ikut melahirkan MUI Nasional pada 1975.

"Buya Mansur Palimo Kayo, Muhammad Siddik hingga Buya Hamka menggunakan masjid ini untuk berdakwah, saya memimpikan kita alokasikan satu lantai masjid sebagai pusat dokumentasi sejarah perkembangan Islam dari Masjid ini," kata dia.

Wako bersama rombongan Tim Safari Ramadan Pemkot kemudian melakukan pengecekan berkas sejarah yang tersimpan di Masjid Jami' Birugo setelah melaksanakan Shalat Tarawih berjamaah.

Pemkot sebelumnya juga telah menyalurkan bantuan berupa dana hibah senilai Rp1 miliar untuk Masjid Jami' Birugo pada 2021.

Masjid yang dibangun pada 1956 ini tidak melakukan pembangunan kembali dan hanya merenovasi di beberapa bagian dan dalam proses pengecatan untuk memberikan tambahan kenyamanan jamaah beribadah.