Padang, (ANTARA) - Berawal dari desa terpelosok dan tersembunyi di pedalaman Kabupaten Sijunjung, lahirlah salah satu tokoh sekaligus teladan Pendidikan Sumbar Prof. Dr. Ir. H. Novirman Jamarun, MSc.
Dari Nagari Silantai, Kecamatan Sumpur Kudus, Sijunjung. Novirman muda terus berjuang demi kemajuan pendidikan hingga saat ini menjadi salah satu pelopor kemajuan pendidikan tinggi di Sumbar.
Itulah sepenggal kisah yang disebutkan dalam Buku Novirman Jamarun: Mutiara Dari Negeri Awan Sumpur Kudus, Sebuah Biografi, karya pena Fajar Rusvan, S.S. Dalam buku setebal 538 halaman tersebut diceritakan kisah salah satu putra terbaik Sumatera Barat, Novirman Jamarun mulai dari lahir, bersekolah, kuliah, hingga sukses memegang jabatan penting di berbagai lembaga saat ini.
Pria yang lahir pada 6 November 1955 di rumah sederhana Nagari Silantai, saat ini merupakan tokoh berpengaruh dalam pengembangan pendidikan tinggi di Sumbar. Mulai dari jabatan di Prodi, Fakultas, Universitas, hingga pimpinan di berbagai kampus swasta serta Koordinator Kopertis pernah diemban pria yang akrab disapa Pak Nov tersebut.
Menurut Prof. Novirman Jamarun tujuan menerbitkan buku tersebut untuk memberikan motivasi sekaligus semangat kepada generasi setelahnya agar terus bekerjakeras demi mencapai kesuksesan. Di dalam buku biografinya, Prof Novirman Jamarun menginginkan anak muda saat ini tidak menyerah pada kesulitan hidup. Melalui buku tersebut dirinya berbagi pengalaman tentang kesabaran dalam menjalani hidup akan memberikan hasil yang terbaik juga.
Keinginan ini tidak bertepuk sebelah tangan, usai meluncurkan buku tersebut sekitar September 2020 lalu, cukup banyak institusi dan tokoh yang ingin mengupas lebih dalam tentang buku tersebut. Salah satunya dilakukan oleh Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi (Ikes PNB) yang menggelar kegiatan bedah buku tersebut pada Senin 7 Desember 2020.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan secara dalam jaringan tersebut tidak hanya menghadirkan tokoh utama Prof. Novirman Jamarun,namun juga penulis Fajar Rusvan serta tokoh pendidikan terkemuka lainnya di Sumbar. Tiga tokoh pendidikan di Sumbar tersebut yakni Rektor Universitas Baiturrahmah Prof. Dr. Ir. Musliar Kasim, M.S, Sekretaris LL Dikti Wilayah X, Yandri, SH, MH dan Guru Besar Peternakan Unand Prof. Dr. Ir. Zaituni Udin, M.Sc dihadirkan dalam kegiatan bedah buku tersebut.
Ketiganya menyampaikan testimoni sekaligus kesan dan pesan yang terkandung di dalam buku“Novirman Jamarun: Mutiara Dari Negeri Awan Sumpur Kudus”.
Menurut Prof. Musliar Kasim yang tidak lain adalah rekan sejawat sesama Guru Besar di Unand menilai orang akan menjadi kehausan saat pertama kali membacanya, dikarenakan cerita yang berbeda dan menarik di dalamnya. Bahkan mantan Wamendiknas RI tersebut menyebut cerita di dalamnya bagaikan kisah "Laskar Pelangi" karya Andrea Hirata.
Selain karena bercerita tentang visualisasi kampung dan perjalanan hidup, juga bercerita tentang nilai-nilai kehidupan dan keteladanan. Sejalan dengan yang disampaikan dalam bukunya kata Prof.Musliar Kasim, Prof. Novirman Jamarun juga merupakan teladan yang hebat bagi pelaku pendidikan tinggi di Sumbar.
Menurut Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Sumbar tersebut keteladanan Prof. Novirman dapat diambil dari sisi komitmennya memajukan pendidikan tinggi di Sumbar atau wilayah LLDikti X. Keterlibatannya dalam penguatan di Pascasarjana Unand, Peternakan Unand, Kopertis Wilayah X dan Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) sudah menjadi bukti bahwa Prof. Novirman Jamarun adalah seorang yang selalu memegang prinsip yakni memajukan dunia pengajaran kampus.
Bahkan saat Prof.Musliar menjabat sebagai Rektor Unbrah dan Prof Novirman menjadi Kepala Lembaga Pengembangan Pengajaran dan Penjaminan Mutu (LPPPM) Unbrah, komitmen tersebut terus dipegang. "Salah satunya adalah saat rapat manajemen di Unbrah, demi menghadiri ujian atau seminar mahasiswa bimbingannya termasuk mengajar, Prof. Novirman selalu minta izin," ujar mantan Rektor Unand tersebut.
Hal lain yang perlu diteladani dari Prof. Novirman kata Prof.Musliar yakni dia selalu memegang teguh ajaran agama, termasuk selalu berbakti kepada orang tuanya yang dengan rutin mengunjunginya ke Silantai, Sumpur Kudus. Dalam perjalanan hidupnya sesuai dalam buku, agama selalu menjadi acuan Prof. Novirman dalam bertindak dan memutuskan sesuatu dan ini menjadi salah satu kunci kesuksesannya. Ini juga menjadi buah yang telah dituai oleh orang tuanya karena konsisten dalam mengajarkan Prof. Novirman tentang agama semenjak dini.
Di akhir testimoni Prof.Musliar berharap buku ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda saat ini untuk tidak terbuai dengan kondisi yang serba teknologi. "Melalui kerja keras seperti yang dilakukan Prof. Novirman akan memberikan balasan hasil yang setimpal juga," ujar Prof.Musliar.
Senada dengan Prof.Musliar, Sekretaris LLDikti Wilayah X, Yandri, SH, MH juga menyampaikan bahwa keteladanan Prof. Novirman perlu jadi acuan guna menginspirasi generasi muda saat ini. Menurut Yandri, Prof. Novirman merupakan pribadi yang sederhana, bersahaja, memiliki prinsip dan yang terpenting amat dekat dengan semua orang tanpa membedakannya.
Yandri menceritakan suatu kisah saat Prof. Novirman menjadi Sekretaris LLDikti wilayah X pada tahun 2001 dan dirinya masih menjabat kasubag setingkat eselon empat. Salah satunya adalah saat Prof. Novirman mengangkat seorang sopir kemudian disekolahkan hingga S2 dan saat ini menjadi salah satu staf penting SDM di LLDikti wilayah X.
Bukan hanya itu, pribadinya yang murah senyum serta humoris namun serius memberikan semangat dan motivasi bagi kariawannya untuk bekerjakeras dalam mengembangkan kampus swasta. Sangat jarang dan bahkan tidak pernah Pak Novirman marah di depan umum bila menegur kariawannya, ujar Yandri. Hal ini membuktikan beliau memiliki suri teladan yang baik dalam bidang komunikasi serta selalu menjalin hubungan antara sesama. Ini juga dibuktikan dari beberapa kisah yang tersaji dalam buku biografi tersebut. Hampir tujuh tahun Prof. Novirman di LLdikti Wilayah X, kami menikmati kepribadian beliau yang menyenangkan dan rendah hati, kata Yandri.
Yandri juga berharap buku ini memberikan pemahaman kepada banyak orang bahwa usaha yang keras tidak akan mengkhianati hasil.
Sahabat Prof Novirman Jamarun di Fakultas Peternakan, Prof. Dr. Ir.ZaituniUdin, M.Sc juga memiliki pandangan yang sama tentang guru besar yang pernah menjadi Rektor Universitas Batam tersebut. Menurut Prof.Zaituni selain rendah hati, Prof. Novirman juga seorang yang humoris dan suka memiliki berkelakar. Tidak jarang juga beliau mengejek seseorang namun itu lebih kepada kelakarnya untuk mendinginkan suasana saat serius, sebut Prof.Zaituni yang mengaku satu kampus dengan Prof. Novirman saat di Filipina.
Meski rendah hati dan humoris, kata Prof.Zaituni, Prof. Novirman Jamarun juga seorang yang cerdas dan teliti dalam melaksanakan kewajibannya. Hal ini sesuai yang disebutkan dalam buku dengan karakternya sejak kecil yang cerdas dan selalu memperoleh juara di setiap tingkatan sekolah. Salah satunya saat melompat kelas di SD, menjadi bukti Prof. Novirman Jamarun seorang yang cerdas," ujar Prof. Zaituni.
Selain tiga tokoh pendidikan di atas, testimoni positif juga disampaikan oleh beberapa kenalan, mahasiswa hingga kerabat Prof. Novirman Jamarun. Satu orang mahasiswa bimbingannya dari Jambi Dr.HardiSyafria dalam kegiatan bedahbuku tersebut ikut menyampaikan kekagumannya pada sosok pembimbingnya. Menurutnya bila tidak dibantu oleh Prof Novirman, dirinya tidak akan sukses menjadi Doktor seperti saat sekarang ini.
Kemudian salah satu kenalan lainnya di Universitas Batam, Dr. Sri Langgeng Ratnasari, SE, MM juga menyampaikan pujian terhadap Prof. Novirman,serta mengapresiasi peluncuran buku biografi mantan rektornya tersebut. Pak Novirman seorang yang bersahaja, cekatan, berwibawa dan cukup banyak membantu pengembangan Universitas Batam, ujarnya.
Dalam kegiatan bedah buku tersebut juga diikuti sahabat dan rekan Prof. Novirman saat masa SMP dan SMA. Salah satunyaDrs.SyamsuarSyam, MA yang merupakan rekan Prof. Novirman saat SMA. Menurut dosen UIN Imam Bonjol Padang tersebut, ketekunan dan kegigihan Prof. Novirman telah terlihat semenjak SD, kemudian SMP dan mencapai puncaknya di SMA, selain tentunya saat ini mencapai guru besar. Syamsuar juga memuji kesabaran Prof. Novirman saat harus berjalan lebih kurang 30 kilometer dari tempat tinggalnya untuk menjalani pendidikan sekolahnya, namun tetap menjadi juara kelas. Menurutnya ini juga menjadi sebuah keteladanan yang patut dicontoh.
Pujian juga tidak hanya berasal dari rekan, teman atau keluarganya, penulis bukunya FajarRusvan pun ikut memberikan kesannya pada perjalanan hidup Prof Novirman. Ada sekitar delapan bab yang cukup menarik disimak dan menjadi tolok ukur perjalanan hidup Prof. Novirman, kata Fajar saat juga ikut dalam kegiatan bedah buku Prof. Novirman di IKes PNB.
Salah satunya di bab pertama yang memaparkan tentang latar belakang asal wilayah Prof. Novirman. Menurutnya Nagari Silantai, Sumpur Kudus tempat Prof. Novirman dilahirkan merupakan tempat pelosok, yang bahkan sulit mencarinya di peta Google sekalipun. Saat ini saja kata Fajar jalan menuju kesana masih bergelombang bagaimana saat 40 tahun kebelakang saat Prof. Novirman bersekolah. Pada saat itu Prof. Novirman harus berjalan kaki di medan sulit tanpa alas kaki dan menempuh perjalanan yang jauh untuk sekolah ke Batusangkar.
Akan tetapi dengan tekad yang kuat meski di tengah suasana kebatinan yang miris, ditambah lemahnya ekonomi keluarga, Prof. Novirman masih mampu menjadi juara kelas. Hal lain sebut Fajar saat ayah Prof.Novirman Jamarun yakni Jamarun menyekolahkannya SMA ke Batusangkar. Momen ini dipilih karena pertimbangan ayahnya yang brilian, sebab saat itu selain Padang dan Bukittinggi, Batusangkar menjadi salah satu daerah yang memiliki perkembangan pendidikan yang bagus di Sumbar. Ditambah dengan momen lain yang tersaji dalam buku tersebut, setidaknya pembaca bisa mengambil manfaat dari sikap dan keteladanan Prof. Novirman Jamarun dalam menghadapi kehidupan.
Pada kegiatan bedah Buku Novirman Jamarun tersebut, Rektor IKes PNB Dr. Evi Susanti, S.ST, M.Biomed juga ikut memberikan testimoninya. Menurut rektor, Prof. Novirman bukan hanya sebagai teladan yang baik namun juga menjadi orang tua yang baik dalam membina stafnya. Terlebih saat ini kata rektor, Prof. Novirman menjadi salah satu pengawas di Yayasan Prima Nusantara tempat bernaungnya Ikes PNB.
Tentu harapannya dapat terus membantu kemajuan dan pengembangan institut ini ke depan. Sementara itu dalam kegiatan bedah buku tersebut dimoderatori oleh dosen Ikes PNB Rulfia Desi Maria, S.Sit, M.Keb dan dipandu oleh MC yang juga Wakil Rektor II Kes PNB Ayu Nurdiyan. Di awal acara diputarkan film "Mutiara di Negeri Awan" yang mengisahkan perjuangan Prof. Novirman Jamarun saat menempuh sekolah dasar di Silantai, Sumpur Kudus. Kegiatan ini diikuti lebih dari 300 orang peserta yang berasal dari mahasiswa, akademisi, dan lapisan masyarakat lainnya.