Pedagang makanan di Solok Selatan terdampak pandemi COVID-19

id pandemi covid-19,dampak virus corona,solok selatan

Pedagang makanan di Solok Selatan terdampak pandemi COVID-19

Personel Polisi, TNI membubarkan warga yang berada di luar rumah saat patroli cegah penyebaran COVID-19 di Situbondo, Jawa Timur, Selasa (24/3/2020) malam. Tim gabungan TNI, Polri dan Instansi Pemkab Situbondo mengimbau warga tidak berada di luar rumah ataupun nongkrong di warung kopi untuk mencegah penyebaran COVID-19. ANTARA FOTO/Seno/hp.

Padang Aro (ANTARA) - pedagang makanan berskala kecil di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat mulai merasakan dampak pandemi COVID-19 dan mengaku merugi karena mulai sepi pembeli.

Salah seorang pemilik warung kopi John Ronaldo di Padang Aro, Jumat, mengatakan penurunan pendapatan warungnya sekitar 60-70 persen sejak satu minggu belakangan karena pelanggan sudah jarang datang.

"Kalau di warung rumahan seperti saya kan biasanya banyak warga yang kumpul-kumpul sambil minum kopi dan sekarang itu dilarang sehingga berimbas pada pendapatan," ujarnya.

Dia berharap agar wabah corona yang mengancam ini segera berakhir sebab akan mempengaruhi perekonomian para pedagang kaki lima.

"Kebanyakan pedagang kecil ini hanya mengandalkan nafkah dari hasil usahanya dan kalau pendemi corona ini lama maka usaha kami terancam tutup," ujarnya.

Selain itu katanya, "social distance" dengan cara kerja dan belajar di rumah sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19 juga berpengaruh sebab masyarakat lebih memilih berdiam diri dirumah.

Pedagang kuliner di Padang Aro Muhdori mengatakan jajanannya mulai kurang laris sejak dua minggu belakangan akibat COVID-19.

Dia mengatakan, pendapatannya mengalami penurunan cukup signifikan hingga 50 persen setiap hari.

"Biasanya dalam semalam penjualan saya Rp500 ribu sekarang hanya balik modal yaitu Rp250 ribu bahkan kurang," ujarnya.

Dia menyebutkan sebelum mewabah virus corona banyak orang singgah membeli tetapi sekarang sepi sehingga omset menurun.

"Kalau jualan sering balik modal mungkin kedepan saya tidak dagang dulu sampai virus corona bisa diatasi," ujarnya.

Pemilik pangkalan gas elpiji tiga kilogram Rifo Rinaldi, mengatakan kegalauan yang dialami para pedagang makanan juga berimbas pada menurunnya permintaan gas bersubsidi.

"Sebelum virus corona merebak gas elpiji ukuran tiga kg ini sering langka di Solok Selatan tetapi sekarang persediaannya cenderung melimpah," ujarnya.

Sebelum pandemi COVID-19, katanya, pengguna elpiji bersubsidi tersebut langsung antre begitu gas turun dari distributor dan paling lama hanya bertahan sehari tetap sekarang sampai penyaluran gas berikutnya stok lama masih tersisa.

Dia menjelaskan gas tiga kilogram datang dua kali seminggu sebanyak 220 tabung sekali turun dan dari dua kali penyaluran ini, pasti masih ada tabung gas lama yang berisi.

Menurutnya turunnya permintaan gas tersebut dikarenakan banyak UMKM kuliner yang tutup karena penjualan yang terus merosot dan sepi pembeli.

"Biasanya yang banyak konsumsi gas tiga kilogram ini pedagang-pedagang kuliner seperti gorengan, roti bakar dan sekarang sudah sedikit dari mereka yang minta sebab sudah jarang mereka jualan," ujarnya.