Jakarta (ANTARA) - Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menilai kebhinekaan di Indonesia sudah selesai setelah Indonesia merdeka pada 1945, tapi saat ini ada fenomena upaya untuk membenturkan bangsa Indonesia.
"Saya merasakan ada fenomena yang agak aneh saat ini. Masyarakat Indonesia dirasakan mulai saling berbenturan," katanya pada diskusi "Empat Pilar MPR RI: Merawat Kebhinnekaan di Indonesia", di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Senin.
Pangi Syarwi, yang menyitir penyataan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Muhammad Syafii Ma'arif, bahwa kebhinnekaan adalah keniscayaan di Indonesia. Pengi mencontohkan, dalam sebuah rumah asrama yang berisi 34 kamar.
"Dalam setiap kamar dihuni oleh orang-orang yang memiliki karakter dan kebiasaan berbeda-beda, tapi setiap penghuni kamar dapat hidup rukun dan saling mengisi di dalam rumah," katanya.
Menurut Pangi Syarwi, kebhinnekaan di Indonesia sudah terjadi sejak sebelum Indonesia merdeka dan telah menjadi kesepakatan bersama pada saat Indonesia merdeka. "Kebhinnekaan itu terus berjalan baik sampai saat ini," katanya.
Namun, dalam menghadapi kontestasi pemilu, Pangi merasakan ada fenomena yang berusapa membenturkan masyarakat Indonesia yang hidup rukun.
"Ada yang menyebut, upaya itu datang dari luar, tapi upaya dari dalam. Sampai kapan bangsa ini akan berbenturan," kata Pangi yang berharap masyarakat Indonesia hidup rukun dan harmonis.
Sementara itu, kader Nahdlatul Ulama (NU), Nabil Haroen, juga menyatakan, ada upaya pihak tertentu untuk membuat masyarakat Indonesia terpolarisasi.
Nabil mengingatkan seluruh elemen bangsa Indonesia untuk sama-sama menyadari dan tidak sampai terjadi polarisasi.
"NU sebagai salah satu komponen pendiri republik, akan terus berjuang untuk menjaga keutuhan NKRI," katanya.
Ketua Umum Ormas Pagar Nusa ini menambahkan, NU memiliki komitmen akan terus menjaga NKRI.
Menurut dia, salah satu upaya yang dilalukan NU adalah dengan membuat Musyawarah Nasional Alim Ulama NU yang baru diselenggarakan di Kota Banjar, Jawa Barat, dan menyampaikan beberapa rekomendasi.
Melalui rekomendasi Munas Alim Ulama NU, menurut dia, NU mengingatkan untuk menjaga pesatuan bangsa Indonesia.
"Persaudaraan sesama anak bangsa, atau ukuwwah wathoniyah," katanya.
Nabil menduga, adanya upaya-upaya untuk membuat masyarakat terpolariasi mungkin dari kelompok-kelompok yang kecewa terhadap pemerintah.
Sementara itu, anggota Komisi III DPR RI mengimbau seluruh elemen bangsa untuk menjaga persatuan dan kesatuan serta keutuhan NKRI.
Menurut dia, perjuangan kemerdekaan Indonesia dicapai dengan sudah payah dan perjuangan yang panjang.
"Bangsa Indonesia saat ini sudah menikmati kemerdekaan. Mari kita juga bersama-sama dan kita isi kemerdekaan agar Indonesia ke depan lebih maju," katanya. (*)
Berita Terkait
Analis politik nilai lokasi pertemuan Jokowi-Prabowo simbol kemajuan bangsa
Sabtu, 13 Juli 2019 11:56 Wib
Inilah sisi plus-minus gerakan "Rabu putih" menurut analis politik
Selasa, 9 April 2019 11:13 Wib
Analis politik: kampanye pilpres masih dangkal gagasan
Kamis, 15 November 2018 9:00 Wib
Analis politik nilai Yusril coba buka kebuntuan PBB hadapi Pemilu 2019
Rabu, 14 November 2018 9:48 Wib
Kata pengamat Jusuf Kalla akan jadi "penentu" dalam pilpres
Selasa, 3 Juli 2018 19:42 Wib
Konstelasi pilpres 2019 bisa berubah pascapilkada serentak, kata pengamat
Jumat, 29 Juni 2018 10:02 Wib
Pengamat sarankan larangan mantan napi korupsi "nyaleg" diserahkan ke parpol
Sabtu, 2 Juni 2018 11:06 Wib
Pengamat: Kelompok Seperti Saracen Sangat Berbahaya
Rabu, 30 Agustus 2017 10:23 Wib