Pembangunan irigasi Koto Tuo Aia Dingin dimulai Februari

id dprd,irigasi

Pembangunan irigasi Koto Tuo Aia Dingin dimulai Februari

Anggota DPRD Sumatera Barat Taufik Hidayat. (Antara Sumbar/Mario SN)

Padang, (Antaranews Sumbar) - Sekretaris Komisi IV DPRD Sumatera Barat Taufik Hidayat mengatakan pembangunan irigasi Koto Tuo Aia Dingin Kota Padang, Sumatera Barat yang rusak akibat banjir bandang akan dimulai pada Februari mendatang.

“Pengerjaan akan dimulai Februari dan ditargetkan selesai pada Juni 2019 sehingga mampu mengairi sawah masyarakat,” kata dia di Padang, Selasa.

Ia mengatakan kepastian pembangunan ini didapatkan setelah Komisi IV berkunjung ke Direktorat Pengelolaan Sumber Daya Air Kementerian PUPR.

Menurut dia ketika melakukan kunjungan ke kementrian tersebut, Komisi IV melakukan pembahasan terhadap persoalan irigasi Di Sumatera Barat dan diterima langsung oleh Kasubdit irigasi dan rawa. Dalam pertemuan tersebut banyak dilakukan pembicaraan pembangunan irigasi tersebut.

Akhirnya Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) V Sumatera Mariadi sepakat untuk memulai pembangunan Irigasi Koto Tuo Batang Air Dingin pada Februari ini.

Politisi Hanura ini mengatakan dengan dimulainya pengerjaan irigasi Koto Tuo, pihaknya berharap Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Sumbar juga ikut untuk menganggaran perbaikan jaringan sekunder ke sawah supaya aliran air kesawah petani dapat lebih maksimal.

"Tahun ini, kita sudah meminta PSDA menambah anggaran untuk perbaikan saluran ini sebesar Rp2 miliar, semoga dapat lebih optimal," katanya.

Dia menambahkan rusaknya irigasi Koto Tuo tersebur menyebabkan sekitar 1.200 hektar sawah di Kota Padang kekeringan. Irigasi Koto Tuo sangat dibutuhkan oleh petani untuk mengalirkan air ke sawah mereka dan pascarusaknya irigasi ini mata pencaharian masyarakat terganggu karena lahan tidak dapat diolah lagi.

Sebelumnya puluhan petani melakukan unjuk rasa menuntut pemerintah setempat memperbaiki irigasi Koto Tuo, Kecamatan Koto Tangah yang jebol dan menyebabkan ratusan hektare sawah milik masyarakat kekeringan.

Koordinator unjuk rasa Fadli mengatakan irigasi itu jebol akibat banjir dan menyebabkan ratusan hektare sawah kekeringan. Selain itu sebanyak 465 kolam budidaya ikan tidak berproduksi.

Ia mengatakan saat ini ada sekitar 104 hektare sawah yang kekeringan akibat jebolnya irigasi tersebut dan berdampak terhadap 1.034 hektare lahan yang terletak di tiga kelurahan yakni Koto Panjang Ikur Koto, Koto Pulai dan Bungo pasang.

Menurut dia kekeringan ini terjadi sejak Maret 2016, namun hingga saat ini belum ada langkah konkret dari pemerintah untuk memperbaiki irigasi ini. Padahal Pemkot Padang maupun Pemprov Sumatera Barat sudah beberapa kali ke lokasi untuk melihat kondisi irigasi tersebut, namun hingga saat ini belum ada langkah untuk memperbaikinya.

“Kami ingin irigasi ini segera diperbaiki dan sawah masyarakat dapat dialiri air kembali,” kata dia. (*)