Bom Tewaskan Dua Orang di Tempat Keramat Sufi di Pakistan

id Bom Tewaskan Dua Orang di Tempat Keramat Sufi di Pakistan

Karachi, (Antara/AFP) - Ledakan bom di sebuah tempat keramat Sufi menewaskan sedikitnya dua orang dan mencederai 10 lain di Pakistan selatan, Senin, kata polisi. Bom itu meledak di tempat keramat Shah Lakhi Ghulam di distrik selatan Shikarpur, sekitar 400 kilometer sebelah timurlaut Karachi, dimana para penganut berkumpul untuk memberikan penghormatan kepada ulama Sufi yang dimakamkan di tempat itu. "Sedikitnya dua orang tewas dan 10 lain cedera setelah bom meledak di tempat keramat Shah Lakhi Ghulam," kata polisi senior Pervez Chandio kepada AFP. "Kami masih menyelidiki jenis bom yang diledakkan dan motif serangan itu," kata Chandio. Makam itu, yang dikeramatkan oleh para pengikut Sufi, juga biasanya dikunjungi oleh kaum Syiah. Namun, mayoritas Sunni juga berziarah di makam itu, kata penduduk, dengan menambahkan bahwa serangan semacam itu hampir tidak pernah terjadi di daerah tersebut. Muslim Syiah, yang mencapai sekitar 20 persen dari 180 juta jiwa penduduk Pakistan yang mayoritas Sunni, sering menjadi sasaran serangan oleh kelompok garis keras Sunni. Pada 16 Februari, serangan bom di Quetta menewaskan 89 orang, dan 92 orang tewas dalam serangan di sebuah tempat bilyar Hazara pada 10 Januari. Lashkar-e-Jhangvi (LJ) mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan itu. Polisi Pakistan hari Jumat menangkap pemimpin sebuah kelompok garis keras Sunni yang mengaku bertanggung jawab atas serangan-serangan bom mematikan itu. Malik Ishaq, pemimpin kelompok terlarang Lashkar-e-Jhangvi (LJ), ditangkap di rumahnya di kota Rahim Yar Khan, Pakistan tengah, dan dimasukkan ke penjara setempat. Pakistan dilanda serangan-serangan bom bunuh diri dan penembakan yang menewaskan lebih dari 5.200 orang sejak pasukan pemerintah menyerbu sebuah masjid yang menjadi tempat persembunyian militan di Islamabad pada Juli 2007. Kekerasan sektarian meningkat sejak gerilyawan Sunni memperdalam hubungan dengan militan Al Qaida dan Taliban setelah Pakistan bergabung dalam operasi pimpinan AS untuk menumpas militansi setelah serangan-serangan 11 September 2001 di AS. Pakistan juga mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan. Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al Qaida di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di daerah pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan. Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan. Islamabad mendesak AS mengakhiri serangan-serangan pesawat tak berawak, sementara Washington menuntut Pakistan mengambil tindakan menentukan untuk menumpas jaringan teror. Sentimen anti-AS tinggi di Pakistan, dan perang terhadap militansi yang dilakukan AS tidak populer di Pakistan karena persepsi bahwa banyak warga sipil tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang ditujukan pada militan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan dan penduduk merasa bahwa itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Pakistan. Pesawat-pesawat tak berawak AS melancarkan puluhan serangan di kawasan suku Pakistan sejak pasukan komando AS membunuh pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dalam operasi rahasia di kota Abbottabad, Pakistan, pada 2 Mei 2011. (*/sun)