Ibu rumah tangga di perumahan Pasir Putih Padang bantu ekonomi keluarga dengan merajut

id Rajutan benang

Ibu rumah tangga di perumahan Pasir Putih Padang bantu ekonomi keluarga dengan merajut

Sejumlah ibu rumah tangga di perumahan Pasir Putih, Tabing, Kota Padang sedang membuat rajutan dari benang. Mereka memproduksi rajutan tas, sepatu dan cendramata. (Antara Sumbar/Maisix Dela Desmita)

Sekarang ada 25 ibu rumah tangga dan pensiunan yang sedang belajar rajutan. Mereka mulai belajar rajutan dari nol, dan sekarang sudah bisa memasarkan hasil rajutannya
Padang, (Antaranews Sumbar) - Sejumlah ibu rumah tangga yang berdomisili di perumahan Pasir Putih, Tabing, Kota Padang, Sumatera Barat, berupaya memanfaatkan waktu luang mereka belajar rajutan benang untuk menambah pendapatan keluarga.

"Sekarang ada 25 ibu rumah tangga dan pensiunan yang sedang belajar rajutan. Mereka mulai belajar rajutan dari nol, dan sekarang sudah bisa memasarkan hasil rajutannya,” kata mentor yang mengajari rajutan, Yulinda (37), di Padang, Selasa.

Ia menyebutkan jenis rajutan yang diproduksi berupa tas, sepatu dan cendramata yang sudah diperagakan dalam pagelaran busana se-Sumatera Barat yang dipakai oleh perwakilan Kabupaten Pasaman.

Bahkan hasil kerajinan para ibu rumah tangga ini telah dipamerkan pada acara Padang Fair, dan sejumlah pemeran yang digelar Dinas Pendidikan.

Untuk mempermudah ibu-ibu ini dalam merajut, alumnus Fisika UNP ini juga menyediakan benang dan jarum.

Dengan modal satu gulung benang dan jarum seharga Rp35.000 setiap perajut bisa menghasilkan 28 cendramata dengan harga Rp5.000 per cendramata.

Selain cendramata, perajut juga mengembangkan produk tas dan sepatu dengan harga Rp100.000 sampai Rp450.000 per produknya, serta mereka bisa memasarkan produk yang dihasilkan baik berkelompok maupun sendiri.

Hasil rajutan tas cantik. (Antara Sumbar/Maisix Dela Desmita)


Hasil rajutan berupa produk ini diberi nama “Samande”, dalam bahasa Minangkabau berarti ibu itu belum bisa dijadikan sebagai penopang perekonomian keluarga, dikarenakan jumlah pesanan belum menentu per bulannya.

Rosdiana, salah seorang peserta pelatihan merajut menyatakan ia telah mampu meraup keuntungan sekitar Rp2 juta setiap bulannya. Namun penghasilan ini tidak merata bagi semua peserta, tergantung banyaknya produksi.

Namun rata rata perajut bisa menyelesaikan sekitar 20 buah dompet, dan empat buah tas setiap bulannya.

Kegiatan merajut masih difokuskan sebagai tempat mengembangkan kreatifitas yang berpusat di rumah rajut Samande, dan bekerja sama dengan kelompok PKK di perumahan tersebut. (*)