Capaian imunisasi MR Padang Pariaman baru 20,54 persen, ini penyebabnya

id aspinuddin

Capaian imunisasi MR Padang Pariaman baru 20,54 persen, ini penyebabnya

Kepala Dinas Kesehatan Padangpariaman, Aspinuddin. (ANTARA SUMBAR/Aadiaat M. S)

Parit Malintang, (Antaranews Sumbar) - Pelaksanaan imunisasi Measles dan Rubella (MR) di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, baru mencapai 25.126 anak atau 20,54 persen dari target 122.329 sasaran. "Masih kecilnya capaian ini akibat adanya isu yang beredar di masyarakat mengenai dampak negatif yang akan dialami anak, dan juga bahan vaksin yang tidak halal," kata Kepala Dinas Kesehatan Padang Pariaman, Aspinuddin di Parit Malintang, Kamis.

Ia mengatakan vaksin MR ini telah diperbolehkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) karena vaksin ini sangat dibutuhkan agar anak terlindungi dari virus berbahaya itu.

Sedangkan isu adanya dampak negatif dari pemberian vaksin pada anak hal itu sebarkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab saja.

"Kami pun telah melakukan sosialisasi ke masyarakat agar mau memvaksin anaknya," kata dia.

Ke depan pihaknya akan terus melakukan sosialiasi dan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Padang Pariaman untuk menekankan kepada sekolah untuk ikut meyakinkan orang tua siswa memvaksin anaknya.

Ia menjelaskan vaksin MR perlu diberikan kepada anak mulai dari usia sembilan bulan sampai 15 tahun agar kebal dari virus berbahaya itu.

Salah seorang warga Kecamatan Patamuan, Padang Pariaman, Bustanil Arifin mengaku menolak memberikan anaknya vaksin MR karena vaksin tersebut berasal dari luar negeri dan tidak halal.

"Karena dari luar negeri maka tidak diketahui pasti apa kandungan dan zat yang digunakan untuk memproduksinya," ujar dia.

Bisa saja dalam vaksin itu terdapat kandungan yang dapat membahayakan generasi di Indonesia.

"Kalau terdampak ke anak-anak siapa yang akan bertanggung jawab," katanya.

Berbeda dengan warga Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Tomi (48) mengatakan dirinya tetap mengimunisasi vaksin MR anaknya agar terlindungi dari virus tersebut.

"Sebelum anak diberikan vaksin, saya pelajari dulu tentang virus MR ini dan vaksinnya dari berbagai sumber," kata Tomi.

Ia mengatakan hal yang dipelajari yaitu mulai dari tentang virus, dampaknya, dan cara mengatasinya.

Menurutnya tidak ada cara lain untuk mengatasi virus tersebut selain memberikan vaksin MR, meskipun tidak halal namun apabila tidak diberikan maka dampaknya jauh lebih besar.

"Sebelum memperbolehkan anak saya divaksin saya baca dahulu surat dari Dinas Kesehatan yang diberikan melalui pihak sekolah," ujar dia.

Di surat tersebut ditanyakan riwayat penyakit anak, apabila tidak tertera dalam surat tersebut, lanjutnya maka anak aman untuk divaksinasi.

"Alhamdulillah sejak divaksin dari pertangahan Agustus hingga sekarang anak saya sehat," tambahnya. (*)