Moskow, (Antaranews Sumbar) - Kejutan di Piala Dunia 2018 Rusia sekali lagi menunjukkan bagaimana tim kecil menemukan cara untuk berkompetisi dengan tim-tim favorit, seperti yang terjadi di Kejuaraan Eropa dua tahun lalu.
Saat itu Islandia dan Wales mengguncang tatanan sepak bola yang sudah mapan pada tahun 2016, dan sekarang ini Belgia dan Kroasia kembali menunjukkan bahwa negara-negara yang lebih kecil dapat memimpikan keberhasilan sepak bola dunia sehingga kesenjangan dengan kekuatan tradisional terus menyempit.
"Setiap tim bisa muncul dengan sangat baik sekarang ini dan jika disiapkan dengan benar maka tidak ada banyak perbedaan di antara siapa pun," kata pelatih Prancis Didier Deschamps setelah timnya mengalahkan Kroasia 4-2 di final Piala Dunia, Minggu.
Dengan populasi lebih dari empat juta jiwa, Kroasia melangkah jauh di atas ukuran mereka untuk mencapai final dan tampil dengan gagah berani di Stadion Luzhniki Moskow.
Belgia mencapai babak semifinal dengan pemain generasi emas meskipun infrastruktur sepak bola mereka relatif sederhana dan mereka pun memiliki ambisi yang wajar untuk meraih gelar juara internasional pertama di pentas Euro 2020.
Di Kejuaraan Eropa dua tahun lalu, Wales mengejutkan dengan tampil sebagai semifinalis dan Islandia melambungkan imajinasi setelah mengalahkan Inggris dan melaju ke putaran delapan besar.
Dengan populasi tidak lebih dari 300.000 orang, Islandia melanjutkan dengan menjadi negara terkecil untuk lolos ke Piala Dunia.
Di benua lain, ada banyak contoh tantangan yang konsisten terhadap tatanan sepak bola dunia yang telah mapan, khususnya dari negara-negara yang sumber dayanya terbatas untuk ukuran ukuran populasi mereka.
"Pada bus-bus kami ada slogan yang mengatakan 'Kami adalah negara kecil dengan impian besar'," kata pelatih Kroasia Zlatko Dalic setelah dikalahkan Prancis.
"Itu pesan yang bagus untuk semua. Jika Anda bekerja keras, Anda dapat menghasilkan pemain yang bagus dan memetik hasilnya.
"Anda harus percaya semua itu mungkin. Mungkin semuanya harus terjatuh pada tempatnya. Tapi Anda juga harus punya mimpi dan ambisi akan mengikuti mereka."
Penting juga untuk memiliki personel kunci, seperti pemain terbaik sepanjang turnamen Luka Modric dan sesama gelandang Ivan Rakitic, untuk menginspirasi seluruh anggota tim.
Tetapi tim seperti Islandia dan Jepang telah menunjukkan bahwa disiplin taktis dan kekuatan mental kadang-kadang dapat mengalahkan bakat. Jepang banyak mendapat sorotan ketika mereka hampir membuat Belgia kecewa di babak 16 besar, memimpin 2-0 sebelum akhirnya tunduk 3-2.
Kekuatan super tradisional seperti Brazil, Jerman, Perancis, dan Spanyol akan terus dianggap favorit di turnamen besar, tetapi mereka akan sangat berhati-hati terhadap "tim kecil" berikutnya yang mampu menghadirkan ancaman nyata. (*)
Berita Terkait
Setelah pensiun, Momota ingin tetap berada di dunia bulu tangkis
Kamis, 2 Mei 2024 10:43 Wib
Kemendikbudristek: Dunia sastra kehilangan penyair sehebat Joko Pinurbo
Sabtu, 27 April 2024 20:16 Wib
Djokovic raih penghargaan olahragawan terbaik dunia
Selasa, 23 April 2024 9:07 Wib
Juaeai All England dan Kejuaraan Asia bawa Jonatan ke tiga besar dunia
Sabtu, 20 April 2024 18:33 Wib
Salzburg jadi tim Eropa ke-12 dalam Piala Dunia Klub 2025
Kamis, 18 April 2024 10:20 Wib
Dua warga meninggal dunia akibat kecelakaan di Agam selama Operasi Ketupat
Rabu, 17 April 2024 13:29 Wib
Kemendikbudristek paparkan syarat perguruan tinggi yang diakui dunia
Selasa, 16 April 2024 19:25 Wib
Unand datangkan 35 profesor dari berbagai kampus terkemuka dunia
Selasa, 16 April 2024 15:06 Wib