Ini rahasia kopi arabika dan robusta asal Sumbar semakin diminati pasar dunia

id kopi arabika

Ini rahasia kopi arabika dan robusta asal Sumbar semakin diminati pasar dunia

Kopi arabika dari beberapa daerah di Sumatera Barat. (Antara Sumbar/Novia Harlina)

Setiap satu hektare kebun mampu menghasilkan 700 kilogram biji kopi siap olah
Padang, (Antaranews Sumbar) - Kopi arabika dan robusta dari Sumatera Barat (Sumbar) semakin diminati dan laris di pasar dunia seperti Australia, Inggris dan Korea, kata salah seorang eksportir komoditas itu, Pebriansyah.

Pimpinan perusahaan Nusantara Kopi itu di Padang, Rabu, menyebutkan bahwa perusahaannya mampu mengekspor 16 hingga 20 ton kopi ke perusahaan grosir kopi Australia dan Inggris.

Ia menilai kopi asal Sumbar terutama arabika memiliki pasar yang cukup luas. Namun belum diimbangi dengan luas lahan dan angka produksi kopi.

"Setiap satu hektare kebun mampu menghasilkan 700 kilogram biji kopi siap olah," ujarnya.

Pebriansyah meyakini satu hingga dua tahun ke depan produksi kopi terus meningkat karena petani di Gunung Sago, Singgalang, Marapi, dan di Pasaman mulai menanam komoditas itu.

Menurutnya kopi arabika asal Sumbar sudah populer di pasar dunia, salah satunya melalui festival-festival kopi yang sering diikuti.

Salah satu festivalnya adalah adalah Sumatra Arabica Solok Minang yang pernah tampil dalam Pameran Kopi Speciality di Seattle Amerika Serikat pada 2017.

Dari berbagai pameran inilah, lanjut Pebri, penikmat kopi di seantero dunia mulai meminati kopi asal Sumbar.

Sementara Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) Sumbar sebelumnya sempat memprediksi harga komoditas kopi akan menanjak di tahun 2018 sebesar lima hingga 10 persen dibanding tahun lalu.

Berdasarkan catatan Gapperindo, harga kopi asal Sumbar berjenis arabika sebesar Rp70 ribu per kg, meningkat dari Rp60 ribu per kilogram pada 2016.

Sedangkan kopi jenis robusta dipatok di harga Rp 35 ribu per kg atau naik sekira lima hingga 10 persen dibandingkan 2016.

Tren kenaikan harga kopi ini diyakini akan terus berlanjut hingga 2018 ini, sejalan dengan tingginya peminat kopi di pasaran oleh pemain merek dagang kedai kopi skala global dan pengusaha kopi lokal. (*)