Sumatera Barat fokus kembangkan budi daya kopi arabika

id berita padang,berita sumbar,kopi

Sumatera Barat  fokus kembangkan budi daya kopi arabika

Seorang petani memanen kopi arabika di Bukit Tabuah, Nagari Air Dingin, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. (Antarasumbar/Ikhwan Wahyudi)

Memang dalam dua tahun terakhir kopi arabika di Sumbar tumbuh pesat bahkan berdasarkan pengakuan para pencicip cita rasa kopi, ada yang kurang jika tidak ada kopi dari Sumbar,
Padang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) fokus melakukan pengembangan kopi arabika di dua sentra utama yaitu Kabupaten Solok dan Solok Selatan.

"Pada tahun ini melalui dana dari pemerintah pusat fokus mengembangkan 200 hekatre lahan baru dan dari dana pokok pikiran anggota DPRD 473 hektare," kata Kabid Perkebunan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Sumbar, Gusnadi Abda di Padang, Senin.

Menurut dia saat ini terdapat 27 ribu hektare lahan kopi di daerah itu terdiri atas robusta 17 ribu hektare dan arabika 10 ribu hektare.

"Memang dalam dua tahun terakhir kopi arabika di Sumbar tumbuh pesat bahkan berdasarkan pengakuan para pencicip cita rasa kopi, ada yang kurang jika tidak ada kopi dari Sumbar," kata dia.

Ia menyampaikan saat pandemi COVID-19 budidaya kopi di Sumbar sempat turun, namun saat ini kopi sudah menggeliat lagi dan kedai-kedai kopi kembali ramai.

"Dulu kopi yang dikembangkan petani lebih banyak robusta, namun dalam beberapa tahun terakhir mulai beralih ke arabika karena kualitas yang baik dan memenuhi standar ekspor," kata dia.

Ia memaparkan daerah yang akan dikembangkan kopi arabika adalah Kabupaten Agam, Tanah datar, Pasaman dan Limapuluh Kota.

"Kopi arabika sedapat mungkin ditanam di daerah dengan ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan laut karena akan mempengaruhi kualitas rasa," katanya.

Gusnadi menyebutkan total produksi kopi di Sumbar untuk arabika telah mencapai 6.000 ton dan robusta 9.000 ton per tahun.

Ia melihat salah satu kendala yang dihadapi petani saat ini adalah bagaimana memperbaiki sistem budi daya agar kopi olahan punya standar yang sama.

"Petani harus melaksanakan prosedur yang benar dan tepat dalam bertanam kopi karena akan mempengaruhi cita rasa, kalau budi daya tidak baik rasanya menjadi tidak enak," kata dia.

Selain itu, ia menemukan petani belum terbiasa menggunakan tanaman pelindung padahal merupakan salah satu bagian yang amat menentukan kualitas kopi.

"Tanaman pelindung yang dianjurkan mulai dari petai, lamtoro dan tanaman yang mempunyai daun kecil yang juga berfungsi sebagai hijauan kopi," kata dia.