Kopi menjadi tanaman primadona di Solok Selatan, produksi 2019 meningkat 454 ton

id Kopi solok selatan,Kopi arabika,Green coffee,Kopi datuak

Kopi menjadi tanaman primadona di Solok Selatan, produksi 2019 meningkat 454 ton

Bupati Solok Selatan, Sumatera Barat, Muzni Zakaria (kanan), memperkenalkan kopi olahan UKM setempat saat pembagian kopi gratis seribu gelas untuk para pengunjung di lokasi finis Tour de Singkarak (TdS) 2019 etape VI pada Kamis (7/11). (ANTARA/Joko Nugroho)

Padang Aro (ANTARA) - Produksi kopi Solok Selatan, Sumatera Barat pada 2019 meningkat 454,5 ton menjadi 2.563,7 ton sedangkan pada 2018 hanya 2.109,2 ton seiring makin tinggginya minat masyarakat untuk membudidayakan tanaman tersebut.

"Minat masyarakat dalam budidaya kopi terus naik dan ini akan mempengaruhi produksi setiap tahunnya dan sepanjang 2019 ada penambahan tanam baru seluas 45 hektare", kata Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Solok Selatan Wandra, di Padang Aro, Sabtu.

Penanaman baru kopi pada 2019 paling banyak untuk kualitas terbaik yaitu jenis arabika seluas 43 hektare dan robusta hanya dua hektare.

Dia menjelaskan, pada akhir 2019 masih ada lahan kopi yang belum menghasilkan seluas 1.709 hektare dengan rincian jenis arabika 202 hektare dan robusta 1.507 hektare.

Sepanjang 2019, katanya, luas lahan kopi di Solok Selatan mencapai 3.920 hektare yang terdiri dari robusta 3.314 hektare dan arabika 606 hektare.

Jenis kopi yang paling cocok dikembangkan di kabupaten yang berjarak sekitar 130 kilometer dari Kota Padang itu adalah robusta, sementara untuk arabika hanya bisa di beberapa lokasi.

Lahan kopi robusta lebih banyak karena karena sesuai dengan iklim di Solok Selatan sedangkan untuk arabika ketinggian harus diatas 1.000 Mdpl sehingga lokasinya terbatas.

Dia menyebutkan, saat ini petani kopi Solok Selatan membutuhkan tempat penjemuran permanen karena yang ada saat ini tidak memadai.

"Untuk membangun tempat penjemuran permanen ini tidak diakomodir APBD sebab biayanya cukup besar dan kami sudah mencoba membuat usulan ke pusat tetapi belum mendapat respon positif," ujarnya.

Dia menambahkan, saat ini untuk penjemuran kopi petani membuat sendiri dan itu tidak bertahan lama serta daya tampungnya juga terbatas.

"Kami berharap tempat penjemuran permanen ini bisa dibangun karena produksi kopi terus meningkat," ujarnya.