Padang Aro, (ANTARA) - Minat masyarakat di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat untuk mengembangkan kopi arabika dalam tiga tahun terakhir terus meningkat mencapai 511 hektare pada 2019.
Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Pertanian Solok Selatan, Wandra di Padang Aro, Kamis, mengatakan terjadi peningkatan luas kebun kopi arabika setiap tahun, dimana pada 2016 masih 95 hektare naik menjadi 298 hektare pada 2017, pada 2018 mencapai 478 hektare dan 2019 naik menjadi 511 hektare.
"Nilai jual kopi arabika yang tinggi membuat petani tertarik mengembangkan kopi ini, akan tetapi kopi jenis ini hanya bisa dibudidayakan pada kawasan yang memiliki ketinggian di atas 1.000 Mdpl," katanya.
Pengembangan kopi arabika di Solok Selatan saat ini tersebar di tiga kecamatan. Di Kecamatan Sangir ada di Camintoran, Timbarau, Sentral, kemudian di Kecamatan Pauh Duo dan Pakan Rabaa serta Pakan Rabaa Utara Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh.
Pada 2019, pemerintah juga membantu sembilan kelompok tani untuk pengembangan kopi arabika seluas 100 hektare senilai Rp539 juta.
Untuk Kecamatan Sangir diberikan untuk 44 hektare, Pauah Duo 20 hektare dan Koto Parik Gadang Diateh 26 hektare. Bantuan ini bukan hanya bibit tetapi juga diberikan pupuk organik sebanyak 47,5 ton serta pohon pelindung 20 ribu batang.
Untuk harga jual arabika grennbeen sekarang berkisar Rp85 ribu sampai Rp120 ribu perkilonya tergantung proses dan pengolahan.
Sedangkan untuk jenis robusta kebanyakan masyarakat asal olah, sehingga harganya jauh di bawah tetapi kalau petik merah harga robusta grennbeen bisa mencapai Rp40 ribu.
Dia mengatakan pada 2017 produksi kopi Solok Selatan mencapai 2.014 ton biji kering dengan luas lahan 3.585 hektare.
Sedangkan pada 2018 produksinya sebanyak 2.483,3 ton dengan rincian arabika 338,3 ton dan Robusta 2.144,9 ton dalam bentuk kopi beras dengan luas lahan 3.293 hektare.
Sedangkan pada 2019 produksi kopi Solok Selatan hingga Juni 2019 tercatat 577,7 ton dengan luas lahan 3.820 hektare dengan jumlah pemilik 3.105 kepala keluarga.
"Untuk ekspor produksinya belum memadai dan saat ini pasarnya baru sebatas beberapa daerah di Indonesia," katanya.
Pasar Kopi asal Solok Selatan, katanya, baru bisa memenuhi pasar Sumatera Barat dan beberpa daerah lain seperti seperti Bandung, Medan, dan Jakarta.
Untuk meningkatkan nilai ekonomis kopi pihaknya juga sudah melatih petani kopi bagaimana proses penanaman, perawatan, pemupukan hingga pengolahan. (*)