Pakar ingatkan pemerintah pastikan tempat evakuasi sementara bisa digunakan saat gempa dan tsunami

id Badrul Mustafa

Pakar ingatkan pemerintah pastikan tempat evakuasi sementara bisa digunakan saat gempa dan tsunami

Badrul Mustafa. (Antara)

Jangan sampai pas masyarakat mau ke sana eh malah diusir satpam, sebagai pemilik gedung tentu mereka berhak melakukan itu karena gedung adalah kepunyaannya
Padang, (Antaranews Sumbar) - Pakar gempa Universitas Andalas Padang Dr Badrul Mustafa mengingatkan pemerintah daerah di Sumatera Barat agar memastikan tempat evakuasi sementara benar-benar bisa digunakan masyarakat sebagai tempat berlindung saat gempa dan tsunami terjadi.

"Tempat evakuasi sementara yang permanen hanya empat, sedangkan lainnya akan memakai gedung-gedung tinggi baik sekolah, instansi pemerintah hingga kantor swasta, pastikan dulu itu bisa dipakai atau tidak," kata dia di Padang, Kamis.

Ia menyarankan langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendata gedung yang bisa dipakai sebagai tempat evakuasi sementara dan memastikan struktur bangunannya benar-benar kuat.

"Kemudian harus ada dibuat komitmen dalam bentuk nota kesepahaman antara pemerintah dengan pemilik gedung kalau terjadi gempa dan tsunami maka bangunannya bisa dipakai sebagai lokasi evakuasi, katanya.

"Jangan sampai pas masyarakat mau ke sana eh malah diusir satpam, sebagai pemilik gedung tentu mereka berhak melakukan itu karena gedung adalah kepunyaannya," lanjut dia.

Ia menyarankan setelah dibuat nota kesepahaman dengan pemilik gedung maka akan ada hak dan kewajiban antara pemerintah dengan pengelola.

"Jadi aturan mainnya jelas,apa yang harus disiapkan pemerintah dan apa yang harus dilakukan pemilik gedung," kata dia.

Dengan demikian, lanjutnya, para pemilik gedung juga akan menyiapkan skenario evakuasi dan jalur yang akan dilewati.

Ia menyebutkan untuk kebutuhan evakuasi setidaknya butuh 150 tempat evakuasi permanen di Padang jika terjadi gempa diikuti tsunami.

"Sekarang pemerintah baru sanggup membuatnya empat unit dan solusinya adalah memanfatkan gedung-gedung tinggi," katanya.

Badrul menyampaikan berdasarkan kajian warga yang berisiko terkena dampak tsunami karena berada di zona merah mencapai sekitar 350 ribu jiwa.

Selain dilakukan evakuasi secara vertikal dengan berlindung ke bangunan tinggi separoh di antaranya juga dapat melakukan evakuasi horizontal dengan berjalan atau berlari menuju daerah yang dinyatakan aman yaitu zona batas selamat dari tsunami, katanya.

Ia menambahkan berdasarkan hasil penelitian terdapat potensi gempa dan tsunami yang bersumber dari Mentawai megathrust dengan potensi kekuatan mencapai 8,9 skala Richter.

Mentawai Megathrust merupakan zona subduksi antara kerak Samudera dengan lempeng Sumatera dengan kondisi kerak samudera menghunjam ke bawah lempeng Indo-Australia di Sumatera.

Mentawai megathrust berpotensi mengeluarkan energi 8,9 skala Richter (SR) dan berpotensi tsunami dan merupakan pengulangan 200 tahunan gempa di patahan Siberut.

Kepala BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang, Rahmat Triyono meminta seluruh daerah mempersiapkan diri dan jangan terlena hanya karena daerah yang jauh dari laut atau sumber gempa.

Menurut Rahmat, gempa bumi tidak pernah membunuh tetapi reruntuhan bangunan yang menyebabkan timbulnya korban jiwa sehingga masyarakat sebaiknya mendirikan bangunan ramah gempa bumi untuk meminimalkan korban. (*)