Menikmati destinasi layang Kelok Sembilan Sumbar

id kelok sembilan

Menikmati destinasi layang Kelok Sembilan Sumbar

Warga melihat Taman Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera Lima, Batang Sanipan, di kawasan Jembatan Layang Kelok Sembilan, Kab Lima Puluh Kota, Sumatra Barat, Rabu (28/12). Taman yang baru selesai dibangun itu menjadi pilihan pengendara sebagai lokasi "rest area" sekaligus objek wisata saat masa liburan tahun baru. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/kye/16 (i)

Jembatan yang menjadi akses Payakumbuh menuju Pekanbaru, Provinsi Riau itu merupakan salah satu destinasi wisata menarik yang layak dikunjungi karena bentuknya yang berkelok-kelok dan menghubungkan dua dinding bukit terjal,
Berkunjung ke Sumatera Barat, tidak lengkap bila tidak mampir dan menikmati kemegahan Layang Kelok Sembilan. Jembatan yang terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota itu merupakan salah satu bukti mahakarya manusia.

Jembatan yang menjadi akses Payakumbuh menuju Pekanbaru, Provinsi Riau itu merupakan salah satu destinasi wisata menarik yang layak dikunjungi karena bentuknya yang berkelok-kelok dan menghubungkan dua dinding bukit terjal.

Kemegahan jembatan yang diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada bulan Oktober 2013, terasa saat kendaraan melintas dari bawah jembatan dengan fondasi megah memutar dan menopang rangkaian jembatan menjadi salah satu pemandangannya.

Sebelum kendaraan berkelok memutar naik ke bukit. Kiranya perlu menikmati kemegahan dari bawah jembatan karena di lokasi itu disediakan "spot" atau lokasi swafoto dengan latar belakang fondasi yang gagah berdiri.

Pilihan latar belakang lainnya juga bisa didapat dari hiasan bunga taman yang berbentuk "cinta" serta pagar sungai yang mengalir deras yang disediakan di lokasi itu.

Setelah puas berswafoto di bawah jembatan, saatnya mulai naik dan melintas di kelokan tajam hingga menuju atas bukit.

Di lokasi inilah sudah menunggu warung-warung berjejer di tepian pagar jembatan, dan di sela-selanya warung, ada lokasi swafoto menarik karena latar belakangnya langsung kelokan tajam jembatan yang memiliki total panjang 2.537 meter tersebut.

Dari tempat inilah, jembatan yang terdiri atas enam ruas layang sepanjang 959 meter dan jalan penghubung sepanjang 1.537 meter itu melihatkan kegagahannya. Karena liukan tajam yang membentang di dua dinding bukit terjal, sangat terlihat jelas dan megah.

Jadi Ikon

Keberadaan pedagang kaki lima atau warung-warung di pinggir jalur jembatan terasa menghilangkan keelokan kelok sembilan, itulah kesan yang dirasa saat pertama kali turun dari bus.

Tenda-tenda warung yang dibuat ala kadarnya, terlihat menghalangi kegagahan jembatan dan membuat wisatawan harus bersusah payah untuk mencari spot menggambil gambar sebab di sepanjang jalan, khususnya di bagian atas hampir seluruh pinggir jembatan tertutup oleh keberadaan pedagang.

Muhammad Rezereno, salah satu wisatawan asal Gresik mengakui keberadaan pedagang yang berjejer di samping pembatas jembatan sangat mengganggu pemandangan, bahkan berbahaya karena merupakan jalur cepat kendaraan.

Reno panggilan akrabnya, yang datang bersama rombongan 15 orang dari Kabupaten Gresik, Jawa Timur mengatakan sudah saatnya pemerintah daerah setempat melakukan penataan dan menjadikan Layang Kelok Sembilan sebagai ikon daerah.

Menurutnya, banyak warga yang berasal dari luar Sumatera Barat mengaku takjub dengan kemegahan bangunan jembatan itu sehingga bisa menjadi ikon, seperti Jembatan Suramadu yang kini menjadi salah satu ikon Jawa Timur dan tujuan wisata.

Oleh karena itu, kata dia, keberadaan pedagang di wilayah setempat butuh ditata agar tidak menggangu wisatawan sekaligus tidak membahayakan pedagang itu sendiri.

Sementara itu, berdasarkan rencana penataan daerah Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, pemerintah setempat memang akan mengembangkan potensi wisata Layang Kelok Sembilan dengan memanfaatkan izin penggunaan hutan untuk wisata Kementerian Kehutanan.

Menurut Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit, pemanfaatan Layang Kelok Sembilan saat ini mulai melenceng dari peruntukannya sebagai jembatan penghubung sebab banyak orang berhenti dan parkir di atas jembatan untuk berwisata, padahal itu sebenarnya tidak boleh.

Selain itu, kata dia, banyak pula pedagang kaki lima yang menggelar dagangan sehingga membahayakan tidak hanya nyawa mereka, tetapi juga pengguna jalan.

"Positifnya, titik itu kini memiliki potensi wisata untuk dikembangkan, tinggal menatanya. Ini yang sedang kami rencanakan bersama seluruh pemangku kepentingan," katanya.

Oleh karena itu, Pemprov Sumbar berencana membangun menara setinggi 60 meter yang dilengkapi dengan elevator agar masyarakat mudah mengaksesnya.

Selain itu, di samping menara juga akan dilengkapi gedung penyangga yang menyediakan lokasi parkir serta sarana dan prasarana untuk pedagang kaki lima.

Catatan Wikipedia menyebutkan bahwa pembangunan Jalan Kelok Sembilan awalnya dilakukan antara 1908 dan 1914, yakni pada masa pemerintahan Hindia Belanda dan melintasi Bukit Barisan yang memanjang dari utara ke selatan Pulau Sumatra.

Dari tahun ke tahun, jalan itu selalu dipadati oleh masyarakat sehingga sering terjadi kemacetan, khususnya pada liburan.

Kementerian Pekerjaan Umum mencatat dalam sehari jalan itu bisa dilalui lebih dari 10.000 kendaraan dan pada masa libur atau perayaan hari besar meningkat dua sampai dengan tiga kali lipat.

Akibat kepadatan itu, dibutuhkanlah jalan pintas yang berbentuk layang untuk memperlancar akses di beberapa kelokan, kemudian dibangunlah layang kelok sembilan yang saat ini menjadi salah satu destinasi wistawan.

Layang itu merupakan jalan baru dan dibangun untuk mengatasi kemacetan, khususnya saat perayaan hari besar, seperti Lebaran.

Ide membangun layang Kelok Sembilan datang dari Dinas Prasarana Jalan Sumatera Barat yang ketika itu mengusulkan ke pemerintah pusat untuk membangun jembatan layang.

Pembangunannya mulai dikerjakan pada bulan November 2003 setelah memperoleh persetujuan pemerintah pusat melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Agustus 2003, kemudian diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada bulan Oktober 2013. (*)