Jakarta, (Antara Sumbar) - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menjelasakan tren permintaan kredit dari masyarakat ke perbankan memang belum begitu menggeliat, terindikasi dari pertumbuhan kredit selama Januari-September 2017 (year to date/ytd) yang masih di bawah tiga persen.
"Yang disampaikan target akhir tahun menjadi 7-9 persen (year on year/yoy) itu mungkin melihat kemungkinan jika 8-10 persen (yoy) tidak tercapai, karena secara 'year to date' masih di bawah tiga persen," kata Agus di Jakarta, Kamis.
Agus mengatakan Bank Sentral belum belum secara resmi mengubah target pertumbuhan kredit untuk 2017 sebesar 8-10 persen.
Namun, Agus menuturkan, dengan melihat pertumbuhan selama Januari-September 2017 itu, memang ada kecenderungan yang tidak seperti diharapkan.
"Ada kecederungan mungkin tidak seperti yang kita harapkan untuk di bulan Oktober," ujarnya.
Sebelumnya, pada Rabu (1/11) kemarin, Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI) Filianingsih Hendarta mengatakan, permintaan kredit memang masih rendah. Dia berharap pada dua bulan terakhir di 2017, permintaan kredit bisa meningkat.
"Kalau sampai akhir tahun ini target kredit dari BI tumbuh sekitar 7-9 persen. Ini sudah diubah lagi (dari yang 8-10 persen), Mudah-mudahan tercapai," ucapnya.
Filianingsih menjelaskan dengan potensi naiknya permintaan di sisa tahun, pihaknya melihat pada akhir tahun pertumbuhan kredit perbankan bisa menembus perkiraan yang tertinggi, yakni sembilan persen. "Di bias ataslah. Mudah-mudahan," ujar dia.
Adapun, revisi pertumbuhan kredit kali ini menjadi yang kedua kalinya dilakukan BI pada tahun ini. Sebelumnya, BI merevisi target kredit 2017 menjadi 8-10 persen dari target awal sebesar 10-12 persen.
Terkait pertumbuhan kredit sepanjang 2017, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso pada Selasa malam (31/10), mengatakan pihaknya melihat memang ada perubahan Rencana Bisnis Bank (RBB) sejak pertengahan tahun 2017.
Sebelumnya OJK melihat pertumbuhan kredit ada di 13 persen, kemudian diturunkan lagi menjadi 11 persen, dan pada Oktober 2017 ini, OJK melihat pertumbuhan kredit sepanjang tahun berada di 10 persen.
"Kelihatannya agak berat untuk 11 persen di akhir tahun. Kami lihat tercapai sekitar 10 persen," tuturnya.
Menurut Wimboh, hingga September 2017, beberapa bank masih terkonsentrasi untuk merestrukturisasi kredit bermasalah sehingga tidak leluasa untuk melakukan ekspansi penyaluran kredit.
"Setelah kami ikuti betul beberapa individu bank, sedang restrukturisasi kredit, misalnya, yang kategori komersial yang bentuknya modal kerja," ujar dia. (*)