Adha Imran: Sumbar Miliki Banyak Seniman Hebat

id Adha Imran, Sastrawan, Sumbar

Padang, (Antara Sumbar) - Sejumlah sastrawan nasional menilai Sumatera Barat (Sumbar) sebagai daerah yang banyak memunculkan seniman karya sastra hebat dan berbakat.

"Tentu ada Buya Hamka, A.A Navis, Marah Rusli yang terkenal dengan karya yang mendunia, wajar jika Sumbar disebut sebagai gudangnya sastrawan," kata salah satu seorang sastrawan nasional Adha Imran di Padang, Kamis.

Menurutnya karya Buya Hamka seperti buku "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk" atau "Merantau Ke Deli" telah menjadi inspirasi bagi sastrawan saat ini dalam menciptakan karya.

Begitu pun dengan karya Marah Rusli yang fenomenal "Siti Nurbaya" dan A.A Navis lewat "Robohnya Surau Kami".

Dari karya-karya itu bermunculan beragam judul karya miliki generasi muda saat ini.

Selain buku, kekuatan sastra lisan di Sumbar khususnya Minangkabau juga perlu diacungi jempol karena menjadi pionir munculkan puisi dan pantun zaman modern.

"Pantun dan puisi adat di Minangkabau sedikit banyak mempengaruhi perkembangan sastra secara nasional bahkan bisa mendunia," ujarnya yang masih berdarah Sumbar tersebut.

Sastrawan lain, Aan Mansyur mengatakan karya sastra di Sumbar telah menjadi kebutuhan masyarakatnya karena juga terkandung dalam budayanya.

Menurut dia selain sebagai daerah lahirnya tokoh seniman hebat, masyarakat Sumbar juga telah dikenalkan karya sastra sejak kecil.

Bahkan sebagian besar tokoh pergerakan kemerdekaan nasional berasal dari Sumbar dinilai juga memiliki kemampuan dalam karya sastra seperti Muhammad Yamin.

Senada itu Dirjen Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Hamli saat memberikan arahan dalam dialog pencegahan teroris dengan perantara karya sastra di Padang mengatakan Sumbar menjadi salah satu seniman untuk belajar karena banyak karya tercipta.

Menurut dia yang pernah menekuni bidang sastra, dengan kuatnya perkembangan karya sastra di Sumbar memudahkan daerah itu memanfaatkan untuk mencegah dari paham radikal.

Sebab, ujarnya pemuda yang mencintai karya sastra akan lebih memilih mencari terus menerus pengetahuan dibanding percaya penuh pada satu informasi. (*)