Karya seni berupa figur atau patung wayang golek dibalut batik dan kain tradisional lainnya dari berbagai daerah di Indonesia dengan wajah topeng hingga menyerupai tampilan seorang manusia, menjadi tren mendunia.
Produk seni patung figur wayang khas Jawa Barat berukuran 25 sentimeter itu adalah karya Benny Adrianto (54) yang begitu artistik dengan balutan batik tradisional dari berbagai daerah di Indonesia.
Karya Benny Adrianto dengan label Djawa Art&Graft itu berhasil mendunia, merambah pasar Inggris dan pernah masuk megastore ternama di London Harrods serta dipajang selama pelaksanaan pameran Milan Expo tahun lalu di Milan, Italia.
Bila tidak Benny hengkang dari kerja di sebuah perusahaan sebagai programmer yang ditekuninya selama 10 tahun, karya patung cantik yang mendunia tidak akan pernah ada. "Background akademis saya sebenarnya bidang IT," ujar Benny Adrianto kepada Antara London, Minggu (26/3).
Darah seni mengalir dari sang kakek yang senang bermain biola dan flute. Sementara Benny lebih menyukai piano klasik membuat cita rasa seninya timbul serta bisa menghasilkan karya seni kontemporer dan kekinian dengan bahan dasar natural, embroideries, dagger, puppet show, interior products, and heritage arts.
Kehadiran Benny Adrianto di Inggris adalah dalam rangkaian acara Indonesia Regal Heritage yang digelar di Oxford dalam seminar seni dan tampil di Museum V&A London.
Pada Art Seminar di MBI Al Jaber Auditorium in Corpus Christi College, Oxford akhir pekan, Benny Adrianto memaparkan mengenai karyanya yang banyak diminati dan dikoleksi kalangan orang asing karena memang produk wayang golek "Djawa"-nya baru dipasarkan pada pecinta seni di luar negeri.
Benny Adrianto memaparkan berbagai bentuk kerajinan Indonesia yang mentransform benda seni dalam bentuk kontemporer. Dikatakannya karya seni yang ada berupa batik, wayang dan kerajinan metal serta lainnya dibuat dalam bentuk kekinian atau kontemporer yang bisa diterima dimanapun dan mudah dipahami. "Kadang benda seni sulit dimengerti untuk itu," kata Benny yang mencoba mengaplikasikan dalam bentuk yang bisa dipakai, seperti benda interior, berupa kap lampu, benda-benda tradisional yang dikemas dengan penampilan lebih modern.
Karya artisan yang dia buat sudah pernah dipamerkan di Harrods, megastore milik Mohamed Al-Fayed pada saat Menteri Perdagangan Mari Pangestu juga pada penyelenggaraan World Expo di Milan. Dia ikut membantu pada awal pameran yang berlangsung selama enam bulan.
"Itulah, saya juga bingung sendiri kalau ada yang tanya profesi saya," ujar Benny Adrianto yang merintis usaha seni Djawa Art&Graft pada 1998 dan memutuskan berhenti kerja kantoran setelah saat jam kantor idenya untuk berkarya akhirnya berbuah hasil.
Menurut Benny Adrianto, karya seni yang diciptakannya berdasarkan dari tradisi dan budaya yang ada di Indonesia seperti batik, patung atau puppet.
"Minat saya selepas dari SMA memang di bidang kerajinan tradisi Indonesia, sayangnya orang tua merasa keberatan," ujar peraih The Best Innvovative Batik Design, Silk Kompetisi, pameran Adiwastra Nusantara JCC, Jakarta tahun 2015.
Dikatakan, keahliannya adalah mengembangkan dan memproduksi desain kerajinan berdasarkan warisan budaya Indonesia misalnya batik, serat alami, sulaman, keris, wayang, produk interior, dan seni warisan. Benny adalah desainer busana replica dari Pangeran Antasari, di Museum Tekstil Jakarta dan Bank Indonesia.
Pengalaman kerjanya di bidang IT membuatnya diminta untuk membantu dalam Advising seni yang menampilkan konten materi dari Paviliun Indonesia di World Expo 2015 Milano, Italia pada 2015.
Selain itu, Benny menjadi wakil Indonesia di 5 ASEAN Tradisional Tekstil Simposium "Menghubungkan Berabad-abad Tradisi" di Payap University, Chiang Nai, Thailand tahun 2015.
Benny mengelola Rumah Budaya Indonesia di tiga negara, Amerika Serikat (Smithsonian), Paris, Singapura, pernah mendesain simbut Motif kain dari Banten Tribe, membuat dirinya disebut sebagai pionir pemberdayaan dan pengembangan tenun tunas Pela / serat rotan bersama suku 'Baduy Dalam', Banten pada 2008.
Ia menjadi pioneer, pemberdayaan dan pengembangan tenun Ulap Doyo / serat daun anggrek hutan dengan suku Benuaq, Kalimantan Timur. Tidak heran ia meraih penghargaan dari keunggulan kerajinan pada World Craft Council (WCC) untuk 'Wayang dari Indonesia', yang diselenggarakan UNESCO tahun 2014.
Selain itu ia juga mendapat penghargaan atas keunggulan kerajinan, World Craft Council (WCC) untuk teknik batik serat alami tikar, yang diadakan UNESCO. Penghargaan hasil jerih payah pria yang tergolong ramah ini terus mengalir. Ia pernah meraih hadiah terbaik, Fabric & Textile Kategori. INACRAFT Award, 2010 Terbaik Prize, Kayu Kategori. 2010 Terbaik Nominasi, Kategori paling Kreatif, Kreasi Cipta Kompetisi Seni Kriya Nasional Dewan Kerajinan Indonesia (Dekranas) 2009.
Sebelumnya produk karya seninya meraih The Best Product, ICRA (Interior & Craft) Award 2006 dan penghargaan Seal of Excellence Award, Batik Kategori, UNESCO.
Benny mengakui secara kualitas ia harus konsisten dan terus berinovasi menghadapi tantangan zaman dan diharapkan karyanya bisa menjadi identitas kebanggaan bangsa Indonesia. (*)