Padang, (Antara Sumbar) - Distribusi logistik menggunakan helikopter bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkendala tidak jelasnya titik koordinat daerah yang dituju serta keterbatasan bahan bakar yang tersedia.
"Rencananya dilakukan empat kali distribusi logistik ke daerah terdampak, tetapi karena bahan bakar yang tidak mencukupi, distribusi hanya bisa dilakukan satu kali," kata Kepala Biro Humas Sekretariat Provinsi Sumbar, Jasman yang ikut dalam rombongan di helikopter itu di limapuluh Kota, Selasa.
Distribusi logistik itu, menurutnya juga tidak bisa dilakukan dengan pendaratan, tetapi dilempar dari udara pada koordinat yang diperkirakan dengan durasi 30 detik.
"Koordinat juga tidak jelas, hingga helikopter terpaksa harus berputar-putar untuk menentukan daerah yang akan dibantu," katanya.
Ia menyebutkan tim baru bisa mengirimkan tiga kotak selimut dan bahan keperluan bayi. Sementara beras belum bisa didistribusikan karena keterbatasan kapasitas helikopter.
Berdasarkan evaluasi distribusi hari pertama menggunakan helikopter, besok Basarnas berupaya membawa bahan bakar cadangan dari Bandara Internasional Minangkabau ke Ngalau Indah, Kota Payakumbuh, tempat logistik bantuan dipasok.
"Dengan bahan bakar cadangan itu diharapkan distribusi logistik bisa dilakukan dua hingga tiga kali dalam satu hari," ujarnya.
Sebelumnya Kapolres Kabupaten Limapuluh Kota, AKBP Bagus Suropratomo mengatakan prioritaskan distribusi logistik menggunakan helikopter adalah daerah yang sulit dijangkau melalui jalur darat.
Lokasi itu diantaranya Jorong Nenan Nagari (desa adat) Koto Lamo, Galugua, serta beberapa nagari maupun jorong yang sulit dijangkau di Kecamatan Kapur IX.
BNPB mengirim helikopter Agusta Weslan 139 nomor lambung 1301 untuk membantu distribusi logistik di daerah terkena bencana banjir dan longsor di Kabupaten Limapuluh Kota.
Helikopter tersebut tiba Padang sejak Senin (6/3), dan langsung mendistribusikan logistik pada Selasa pagi.
Sementara itu Camat Kapur IX, Andri Yasmen menjelaskan ketiga nagari masing-masing Galugua, Tanjuang Jajaran, serta Koto Lamo sekarang mengalami rawan pangan karena akses jalan satu-satunya menuju kecamatan tersebut putus total.
"Sekarang masyarakat di sana masih terisolasi dan butuh bantuan," tambahnya. (*)
Berita Terkait
BNPB: Pembangunan bendungan pengendali sungai di Sumbar dimulai 2024
Jumat, 17 Mei 2024 9:19 Wib
BNPB lanjutkan modifikasi cuaca untuk antisipasi banjir lahar dingin
Kamis, 16 Mei 2024 18:22 Wib
BNPB pantau aktivitas Marapi dan Singgalang antisipasi bencana susulan
Kamis, 16 Mei 2024 16:28 Wib
Kementerian PUPR segera bangun 200 rumah bagi korban banjir di Sumbar
Kamis, 16 Mei 2024 16:26 Wib
BNPB: Total 67 orang meninggal dunia dalam bencana banjir lahar dingin di Sumbar
Kamis, 16 Mei 2024 10:06 Wib
BNPB lakukan modifikasi cuaca untuk percepatan penanganan bencana
Kamis, 16 Mei 2024 4:46 Wib
Presiden terus pantau penanganan bencana banjir di Ranah Minang
Rabu, 15 Mei 2024 20:13 Wib
Kepala BNPB arahkan warga terdampak bencana di Sumbar direlokasi
Rabu, 15 Mei 2024 17:04 Wib