Padang Aro, (Antara Sumbar) - Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat memanfaatkan lahan tidur atau lahan tidak produktif untuk mengembangkan tanaman bawang merah.
"Saat melakukan survei calon petani calon lokasi (CPCL), kami tanya dulu lahan ini sebelumnya digunakan untuk apa. Jika untuk sawah, kami tolak dan meminta mencari lahan yang lain," kata Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Solok Selatan, Risa Herfina di Padang Aro, Jumat.
Sementara bagi petani yang menanam secara swadaya dengan menggunakan lahan sawah, pihaknya mengarahkan agar di lokasi yang lain.
"Ini untuk menjaga produksi padi agar tidak terganggu mengingat Solok Selatan merupakan lumpung padi di Sumbar," ujarnya.
Pengembangan bawang merah di Solok Selatan sudah dilakukan sejak 2015. Hingga 2016, kabupaten pemekaran ini sudah memiliki lahan bawang merah seluas 429 hektare, dengan luas panen 405 hektare dan produksi setahunnya 40.300 kuintal atau 4.030 ton. Rata-rata produksi bawang merah 9 hingga 10 ton per hektare.
Risa mengatakan meskipun Solok Selatan memiliki potensi cukup luas untuk pengembangan bawang merah, namun kini baru tiga kecamatan yang menanam, yakni Koto Parik Gadang Diateh, Sungai Pagu, dan Pauh Duo.
Untuk tahun ini, katanya, akan dilakukan penambahan areal tanam bawang merah seluas 20 hektare yang merupakan bantuan dari Kementerian Pertanian.
"Awalnya 40 hektare, tapi tiba-tiba ada revisi DIPA jadi berkurang menjadi 20 hektare," sebutnya.
Sementara untuk target tanam bawang merah tahun ini, sebutnya seluas 422 hektare di empat kecamatan, yakni Koto Parik Gadang Diateh 190 hektare, Sungai Pagu 29 hektare, Pauh Duo 68 hektare dan 138 hektare.
Saat ini, katanya pihaknya tengah melakukan survei CPCL untuk menentukan kelompok tani yang layak memperoleh bantuan pengembangan bawang merah tahun ini.
Penilaian kelayakan semisal lahan berupa hamparan atau bukan, sumber air, lahan merupakan bukan lahan olahan sawah dan kecuraman.
Ia menyebutkan, animo petani di Solok Selatan untuk menanam bawang cukup bagus bila dilihat dari pengajuan proposal bantuan penanaman bawang.
"Selain itu, pergerakan harga bawang tidak signifikan," ujarnya.
Tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan di Solok Selatan, katanya, bawang merah asal Solok Selatan juga pasarkan ke luar daerah seperti Kota Padang.
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sukarami, Sumatera Barat, Nursyiwan Hasan mengatakan bawang merah dataran tinggi di provinsi itu biasanya merupakan varietas lokal, yang kini sedang dikembangkan di Kabupaten Solok.
"Varietas itu sudah diusulkan oleh Kabupaten Solok untuk dijadikan kelas unggul lokal," ujarnya.
Ia menyebutkan semua tahap pengusulan sebagai varietas lokal sudah dilalui, kini hanya menunggu pendaftaran.
"Khusus untuk hortikultura, tinggal pendaftaran saja. Berbeda dengan padi," sebutnya.
Saat Menteri Pertanian datang beberapa waktu yang lalu, sebutnya, diusulkan agar nama bawang tersebut Solok.
Varietas lokal dari Solok tersebut, katanya, bisa ditanam untuk kabupaten Solok dan Solok Selatan. (*)
Berita Terkait
Berkolaborasi dengan PPNP untuk EBT, Dirut Semen Padang resmikan rumah pembibitan kaliandramerah
Jumat, 26 April 2024 15:51 Wib
Balitbangda Pasaman Barat pelajari pembuatan gula merah dari sawit
Jumat, 26 April 2024 14:16 Wib
Pemkab Pasaman Barat gandeng Balitbang propinsi pelajari pembuatan gula merah dari sawit
Kamis, 25 April 2024 18:39 Wib
Harga bawang merah di Salatiga masih tinggi
Jumat, 19 April 2024 16:58 Wib
Xavi : Kartu merah Araujo mengubah segalanya
Rabu, 17 April 2024 9:05 Wib
Pasar murah komoditas cabai merah di Padang
Senin, 18 Maret 2024 12:46 Wib
Pemprov Sumbar akan Gelar Pasar Murah Cabe Merah dengan Harga Rp60 Ribu/Kg
Minggu, 17 Maret 2024 11:15 Wib
Panen bawang merah di Cirebon
Kamis, 7 Maret 2024 15:02 Wib