Nan Tumpah Tampilkan "Godok" Dalam PAT 6

id Nan Tumpah

Padang, (Antara) - Komunitas Seni(KS) Nan Tumpah akan menampilkan produksi teater "Godok" yang disutradarai Mahatma Muhammad dan ide cerita oleh Karta Kusumah pada Pekan Apresiasi Teater 6 (PAT 6) di ISI Padangpanjang, Senin(12/10).

"KS Nan Tumpah menjadi satu dari tiga grup teater independen, yang tampil pada PAT 6 yang digelar 12-16 Oktober 2015 selain Teater Satu Lampung dan Teater Tanah Air Jakarta," kata sutradara, Mahatma Muhammad dihubungi di Padang, Selasa.

KS Nan Tumpah menurut dia, akan tampil pada 12 Oktober pukul 20.00 WIB di Gedung Pertunjukan Hoerijah Adam, ISI Padang Panjang.

Menurut Mahatma, pertunjukan "Godok" tidak akan secara terang menggiring penonton pada pengertian tertentu.

"Godok memiliki beberapa pengertian, diantaranya dalam KBBI yang berarti (1) merebus; (2) Kiasan mematangkan: proses, mengolah (serapan dari bahasa Jawa)," katanya.

Pada beberapa daerah di Sumbar, lanjutnya, kata godok dipergunakan sebagai umpatan yang mengandung konotasi negatif. Namun, pada daerah lain seperti Padangpariaman, Payakumbuh dan Sijunjung, godok adalah panganan atau makanan ringan yang digoreng/rebus.

"Godok juga ada yang mengartikan sebagai kelamin laki-laki. Sedangkan pada kamus bahasa gaul, godok adalah orang yang mengada-ngada. Tapi pertunjukan ini tidak akan merujuk hanya pada salah satu pengertian," kata dia.

Menurutnya, "Godok" akan dibiarkan menjadi ambigu.

Godok dipilih sebagai diksi yang mewakili tema pembacaan kreator pertunjukan terhadap peristiwa, fenomena, isu, dan persoalan-persoalan kehidupan di tengah masyarakat kita hari lalu, hari ini sampai dengan harapan hari depan.

"Godok bebas mendapati tempatnya tersendiri dalam pertunjukan ini, merefleksikan kenangan dan harapan. Godok kemudian bisa diartikan sesuai dengan pemahaman seperti yang tertera dalam kamus, atau pemahaman masyarakat terhadap diksi tersebut," katanya.

Namun Godok bisa saja jadi kritik sosial masyarakat hari ini, jadi pembacaan terhadap media yang sengaja menggodok, menggembar-gemborkan dan membungkus isu jadi berita yang berlebihan.

Disamping itu, godok menurutnya juga bisa jadi doa, umpatan, pujian, kenangan, nama benda, nama tempat, nama jalan, nama orang, entah lelaki entah perempuan, atau godok bukan kesemuanya itu.

"Godok adalah kerja penyutradaraan yang berusaha mengeksplorasi isi dan bentuk dari masing-masing kreator artistik pertunjukan. Sutradara bertindak sebagai pembaca, pembangun plot/alur yang memberi gambaran tata ruang panggung dalam hubungan mood dan atmosfernya, karakter kostum, tata rias, penyusunannya bagi kelancaran aliran action, dan sebagai lingkungan yang sesuai bagi karakter dan peristiwa atau fenomena yang dieksplorasi," ujarnya.

Pertunjukan itu dikatanya akan dibagi beberapa fragmen, untuk menekankan isi dan bentuk-bentuk artistik panggung secara umum.

Beberapa persoalan yang ditekankan dalam pertunjukan kemudian dikunci dengan beberapa penggalan tak setia puisi karya Muhammad Ibrahim Ilyas untuk menguatkan bangunan pertunjukan.

"Dari bangku penonton, godok adalah pertunjukan teater, atau bisa jadi kritik terhadap seni pertunjukan teater itu sendiri," jelasnya.

Pertunjukan tersebut, selain disutradarai Mahatma Muhammad, ide cerita oleh Karta Kusumah juga didukung pimpinan produksi Brian Fadli Fahmi dan penata panggung Ismail Idola.

Beberapa orang akan berperan sebagai pemain dan pemusik, diantaranya Muhammad Ibrahim Ilyas, Halvika Padma, Emilia Dwi Cahya, Yunisa Dwiranda, Fajry Chaniago, Ivan Harley, Windi Fidia, Tenku Raja Ganesha, Cut Mutia, Dani Rahman , Dwi Oktaviantika, Jumatri Ningsih, Rahma Syafitri, Jimmy Ferdian, Dedi Kurnia, Mikel Bromo, Rajibus Nari Masda, Listia Khairunisa, Novi Delviana, Andre Pratama dan Hendro Imaji.

Kemudian, tim produksi dan artistik Desi Fitriana, Astari Ayuni, Nur Muhammad Yusuf, Thahirah Amatullah, Akeo. (*)