Kepala BNPB Resmikan Gedung LKAAM Sumbar

id Syamsul Maarif, Resmikan, Gedung LKAAM Sumbar

Padang, (Antara) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif meresmikan pemakaian gedung baru Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumatera Barat (Sumbar) yang diberi nama Balairung Marawa Basa.

"Pembangunan gedung LKAAM Sumbar yang dibiayai oleh BNPB diharapkan dapat menjadi tempat yang menyatukan budaya bangsa," ucap Syamsul di Padang, Kamis.

Menurut dia, aktivitas budaya ibarat samudra dimana semua yang masuk akan dapat diakomodasi dengan baik.

Dari tempat ini juga dapat diajarkan nilai-nilai bagaimana ketika manusia bersahabat dengan alam maka tidak akan terjadi bencana alam, kata dia.

Ia menceritakan selama ini dalam berbagai pengalaman menanggulangi bencana yang terjadi juga mengambil filosofi dari petitih adat Minangkabau diantaranya tidak memberikan bantuan kecuali benar-benar dibutuhkan masyarakat.

Sementara, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mengatakan dukungan yang cukup besar dari pemerintah pusat dalam membangun infrastruktur di Sumbar yang rusak akibat gempa pada 30 September 2009 sangat berarti.

Pembangunan gedung LKKAM Sumbar dengan biaya sebesar Rp11,1 miliar dari BNPB sangat membantu memulihkan kembali gedung-gedung pemerintahan yang ada, kata dia.

Ketua LKAAM Sumbar M Sayuti menyampaikan terima kasih kepada BNPB yang telah membangun gedung LKAAM dengan tampilan yang megah.

Sebelumnya, gedung LKAAM berada di Jalan Diponegoro Padang dan rusak akibat gempa yang terjadi 30 September 2009, Alhamdulillah sekarang sudah ada yang baru, ucap dia.

Gedung LKAAM Sumbar yang berada di kompleks Masjid Raya Sumbar di Jalan Ahmad Dahlan dibangun di tanah seluas 2.500 meter per segi dengan luas bangunan sekitar 1.000 meter per segi dilengkapi dengan medan nan bapaneh.

Bangunan dua lantai yang dibuat dengan bentuk persegi panjang pada bagian atap terdiri atas tujuh gonjong dimana lantai satu digunakan sebagai kantor dan lantai dua sebagai tempat pertemuan.

Balairung Marawa Basa tersebut juga dihiasi dengan ukiran khas Minangkabau seperti bungo panca matoari, saluak laka, aka cino, siriah gadang dan itiak pulang patang. (*)