Tri Hadiyanto Gelar Pameran Lukisan Berdimensi Spiritual

id Tri Hadiyanto Gelar Pameran Lukisan Berdimensi Spiritual

Yogyakarta, (Antara) - Pelukis Ahmad Zuhair Firdaus Tri Hadiyanto akan menggelar pameran lukisan berdimensi spiritual bertajuk "Tidakkah Cukup Hanya dengan Allah" di Sellie Cafe Prawirotaman Yogyakarta, 15-25 Januari 2015. "Dalam pameran tunggalnya itu Tri Hadiyanto mengusung konsep teknik drawing. Hadiyanto menggunakan pena pada berbagai objek yang dilapisi kertas tisu," kata kurator pameran Mikke Susanto di Yogyakarta, Selasa. Menurut dia, Tri Hadiyanto menggambar sebentuk ornamentasi sebagai wujud praktik akan kegemarannya pada dimensi spiritual, dan menggambar seperti sedang dzikir. Hadiyanto bisa dikatakan gemar memasuki dimensi ruang waktu melalui medium seni. "Objek-objeknya dibentuk oleh beragam model garis, bentuk-bentuknya bersifat amorf. Tidak salah bila dalam kepalanya seperti sebuah kolam yang berisi materi asosiasi bebas yang berisi berbagai hal yang telah dilihat, dirasa, dialami dan disentuhnya," katanya. Selain itu, dalam kepalanya berisi pula materi yang berasal dari teknik proyeksi dan isi simbolik dari simptom psikotik. Semua pengalaman dan memori yang tertekan dihimpun di alam ketidaksadaran. Ia mengatakan kanvas-kanvasnya tidak saja berupa bidang dua dimensional. Hadiyanto juga mengelola bidang tiga dimensional. "Perupa yang belajar di Studio Seni Grafis FSRD ITB itu juga merespons berbagai benda temuan untuk dipakai sebagai media gambar," katanya. Menurut dia, Hadiyanto menggunakan benda bekas seperti kardus, tutup timba, wadah berbahan bambu, gabus (stereofoam), dan topeng. "Benda-benda temuan tersebut kemudian dilapisi kertas tisu untuk menopang pena yang akan ditorehkan pada benda tersebut," katanya. Ia mengatakan gaya lukisan Hadiyanto lebih bernapaskan surealistik abstrak daripada surealistik figuratif. "Dalam lukisan-lukisannya, Atong Hadiyanto -panggilan akrabnya- seperti tidak menggambar apa-apa, tetapi mampu membentuk asosiasi apapun," katanya. Tri Hadiyanto mengatakan melukis adalah sebentuk upaya untuk mengungkapkan semua perasaan agar sesuatu yang tidak nampak secara visual dapat dengan mudah terinformasikan. "Saya nyaris menggambar tanpa rencana (desain), tanpa konsep yang matang, tanpa tujuan yang terpatri," kata seniman kelahiran Yogyakarta, 15 Oktober 1956 itu. (*/sun)