WWF Indonesia Soroti Penurunan Populasi Harimau Sumatra

id WWF Indonesia Soroti Penurunan Populasi Harimau Sumatra

WWF Indonesia Soroti Penurunan Populasi Harimau Sumatra

Harimau Sumatera. (Antara)

Jakarta, (Antara) - World Wildlife Fund Indonesia menyoroti penurunan populasi harimau sumatra di Indonesia, menjelang Hari Harimau Sedunia 29 Juli 2014. "Populasi harimau sumatra di Indonesia mengalami penurunan drastis hingga 97 persen dalam satu abad terakhir," kata Koordinator Program Konservasi Harimau dan Gajah WWF Indonesia Sunarto kepada Antara, Senin. Dia menambahkan penurunan populasi itu juga diakibatkan oleh tingkat kerusakan habitat, di mana Indonesia sendiri menjadi salah satu negara dengan kerusakan atau deforestrasi hutan paling parah di dunia. "Dalam satu abad terakhir, habitat hidup harimau sumatra di Indonesia juga turun hingga 93 persen," katanya. Untuk mengatasi masalah populasi dan habitat harimau sumatra diperlukan langkah-langkah konkret dari pemerintah. India dan Nepal telah berhasil meningkatkan populasi harimau sumatra dengan dukungan penuh pemerintahnya. "Di Nepal, Raja langsung turun tangan dengan memerintahkan militer menjaga hutan-hutan habitat harimau. Sementara India membentuk badan konservasi langsung di bawah Perdana Menteri dengan dana yang sangat besar," katanya. Indonesia sendiri telah melakukan langkah-langkah penyelamatan lingkungan dengan mengeluarkan Moratorium Hutan Indonesia 2011, namun tidak berjalan efektif. "Di pengawasan lapangan masih ditemukan 'kebobolan' sehingga tidak optimal," katanya. Menjelang datangnya Hari Harimau Sedunia, WWF Indonesia berharap pemerintah lebih memperhatikan penyelamatan harimau sumatra dengan cara mengawasi habitat serta populasinya, terutama yang berada di luar wilayah hutan konservasi. "Harimau yang berada di alam liar mencapai 70 persen dari total populasi yang ada dan itu perlu perhatian khusus, sementara sisanya 30 persen bisa di anggap aman karena berada dalam pengawasan ketat pemerintah," katanya. Awasi Izin Selain itu Sunarto juga menambahkan, pemerintah harus mengawasi ketat Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-HA) agar tidak terjadi penebangan hutan secara berlebihan. "Penebangan hutan boleh saja, namun yang paling penting jangan asal tebang, harus terkontrol dan berkelanjutan. Jadi, setelah penebangan, harus disertai dengan rehabilitasi hutan, tidak di tinggal begitu saja," katanya. Dia menambahkan, hal-hal tersebut juga harus menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintahan yang baru, karena pemerintahan sekarang akan segera berakhir masa jabatannya. Hari Harimau Sedunia atau Global Tiger Day sendiri adalah bentuk kepedulian masyarakat dunia atas berkurangnya populasi harimau hingga mendekati kepunahan. Aksi ini dibentuk pada 2010 dalam Konfrensi Tingkat Tinggi mengenai Harimau di Saint Pittersburg, Rusia, di mana salah satu pencetusnya adalah WWF. WWF Indonesia akan memeriahkan Hari Harimau Sedunia tersebut dengan mengapresiasi kinerja polisi hutan, dengan mengajak relawan untuk menjadi polisi hutan dalam sehari. "Ranger For a Day, itu acara yang akan kami selenggarakan menjelang 29 Juli," kata Sunarto. (*/jno)