Rumah Sakit Pendidikan Berpeluang Dapat Alat Kesehatan Nuklir

id Kedokteran Nuklir

Rumah Sakit Pendidikan Berpeluang Dapat Alat Kesehatan Nuklir

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno membuka secara resmi Pertemuan Ilmiah Tahunan Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia Perhimpunan Kedokteran dan Biologi Nuklir Indonesia pada salah satu hotel di Padang, Jumat (22/9). Pertemuan tahunan itu diharapkan mempererat silaturahim antara dokter nuklir di Indonesia.(Antara Sumbar/Miko Elfisha)

Padang, (Antara Sumbar) - Rumah Sakit (RS) Pendidikan berpeluang mendapatkan bantuan hibah peralatan kesehatan teknologi nuklir dari luar negeri untuk kepentingan pendidikan disamping kesehatan.

"Mekanisme hibah untuk pendidikan lebih mudah, karena itu peluangnya juga lebih besar," kata Ketua Panitia Pertemuan Ilmiah Tahunan Perhimpunan Kedokteran dan Biologi Nuklir, dr. Chavied Varuna, SpKN di Padang, Jumat.

Berbeda halnya jika untuk RS milik pemerintah atau swasta, karena bisa dikira untuk mencari keuntungan.

Menurutnya yang paling memungkinkan itu hibah dari Belanda, karena di sana peralatan medis digunakan paling lama lima tahun termasuk untuk peralatan kesehatan teknologi nuklir.

Tinggal bagaimana mencari hubungan ke sana agar bisa memberikan hibah untuk RS Pendidikan di Indonesia, salah satunya di Sumbar.

Ia menyebutkan pada tahun 1990-an, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) memiliki program hibah dan beberapa RS di daerah telah mendapatkannya.

Namun sekarang program itu tidak ada lagi, meskipun peralatan yang diproduksi saat ini cukup banyak.

Pilihannya adalah pengadaan dengan bantuan Kementerian Kesehatan untuk RS di daerah, atau menggunakan APBD masing-masing daerah.

Sementara itu dokter teknologi nuklir di Sumbar, Dr.dr Aisyah Elliyanti, SpKN, M.Kes menyebutkan teknologi nuklir yang diterapkan pada peralatan kesehatan sangat mendukung dalam penyembuhan penyakit seperti kanker.

"Selain untuk penyembuhan, sejumlah peralatan juga bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi hasil pengobatan yang telah dilakukan atau menentukan terapi yang dilakukan cocok atau tidak," kata dia.

Peralatan yang mendukung akan membantu banyak masyarakat Sumbar, karena selama ini penderita kanker harus dirujuk ke Jakarta atau luar negeri. Itupun daftar antreannya mencapai 12 bulan.

Sementara itu, Deputi Pendayagunaan Teknologi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Anhar R Antariksawan mengatakan teknologi yang dikembangkan lembaga itu sadah sangat banyak.

Namun karena sinergisitas antara kementerian dan lembaga hingga instansi dibawahnya masih kurang, maka teknologi itu banyak yang tidak termanfaatkan.

Teknologi itu diantaranya Gamma Counter (Single Detector) untuk mengukur kadar protein dan hormon dalam darah untuk mendiagnosis secara dini berbagai penyakit karena kelainan hormonal.

Kemudian Renogrof Terpadu yang berfungsi untuk pemeriksaan ginjal dan kelenjar gondok untuk mengetahui penurunan fungsi secara dini.

Adapula Glove box yang digunakan untuk preparasi cairan serum yang berupa zat radioaktif aktivitas rendah untuk diagnosa ginjal.

Ia berharap pertemuan tahunan tersebut bisa menjadi jembatan silaturahim untuk memperkuat sinergisitas sehingga peralatan produksi Batan bisa dimanfaatkan untuk kesehatan masyarakat.

Pertemuan itu juga dihadiri oleh Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno. (*)