Anies: Saya Bukan Manusia ''Setengah Dewa''

id Anies: Saya Bukan Manusia ''Setengah Dewa''

Anies: Saya Bukan Manusia ''Setengah Dewa''

Peserta konvensi capres Partai Demokrat Anies Baswedan. (Antara)

Jakarta, (Antara) - Peserta konvensi capres Partai Demokrat Anies Baswedan mengaku dirinya bukanlah manusia 'setengah dewa' yang mampu menyelesaikan berbagai macam persoalan yang dihadapi masyarakat saat ini. "Saya tidak ingin jadi pemimpin setengah dewa. Saya tidak akan hadir untuk menyelesaikan masalah anda. Ini masalah anda, mari kita bergerak bersama. Republik ini milik kita semua, maka kita semua yang harus turun tangan," kata Anies, di Jakarta, Kamis. Menurut dia, tugas seorang pemimpin bukan melayani melainkan menggerakkan agar bangsa ini mampu maju ke depan dan dapat menyejahterakan rakyat Indonesia. "Pemimpin tak bisa melayani 240 juta orang. Hanya birokrasi yang melayani. Orang tidak bisa menggerakkan, jika tidak berintegritas," tuturnya. Untuk memenangkan konvensi Partai Demokrat, dirinya tak akan melakukan blusukan ala Jokowi, namun akan melakukan tur berkeliling ke Pulau Jawa selama lima hari (20 Desember - 25 Desember 2013) untuk menyosialisasikan program-program politiknya. "Ini bukan blusukan. Saya akan datang untuk dengar, ngobrol, diskusi. Saya tidak mau pencitraan dengan blusukan," kata Rektor Universitas Paramadina ini. Menurut dian tur berkeliling ke sejumlah daerah di Pulau Jawa itu terinspirasi Presiden RI pertama, Soekarno. "Saya ingin meniru Bung Karno saat berkeliling ke titik-titik wilayah di Indonesia. Beliau pidato ke masyarakat di banyak titik bukan untuk membuat kesan dekat dengan rakyat. Dia katakan, bersiap-siap untuk bergerak. Dia bukan datang untuk menyelesaikan masalah," paparnya. Anies tak keberatan dengan kritik berbagai pihak atas keputusannya mengikuti konvensi Demokrat lantaran sejumlah kadernya tengah terlilit kasus korupsi. "Kondisi serupa pernah dialami Soekarno. Dia banyak dikritik karena bekerja sama dengan Jepang," katanya ujarnya. Dalam tur berkeliling itu, dirinya bukan hanya akan mendengarkan rakyat, tetapi juga mengajak masyarakat berubah. Hal itu berbeda dengan blusukan yang memposisikan pemimpin sebagai penyelesai masalah masyarakat tanpa berusaha menggerakkan mereka. Sebelumnya Anies juga telah melakukan tur ke Sulawesi Selatan dan Tenggara pada November lalu, disusul melawat ke Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau dan Lampung pada awal Desember 2013, kini Anies akan menempuh jarak 3.000 km mengelilingi pulau Jawa secara marathon selama lima hari menggunakan bus. Maksud dari kegiatan tersebut, menurut Anies, memiliki tujuan dialog dua arah, seperti ajakan untuk ikut turun tangan seluruh elemen masyarakat dan jangan ambil sikap diam saja. "Saya ingin mendengar langsung aspirasi masyarakat di daerah yang saya kunjungi. Dengan mendengar aspirasi dari daerah, konsep turun tangan menjadi sebuah gerakan politik yang berakar kuat di daerah dan membesar di skala nasional. Sehingga setiap orang bisa ambil bagian dan turun tangan mulai dari daerahnya," katanya. Dalam tur ini, penggagas Gerakan Indonesia Mengajar itu akan mengunjungi tempat-tempat bersejarah, pusat ekonomi masyarakat, pusat kegiatan pemuda dan pesantren di berbagai daerah. Lokasi yang akan dikunjungi, antara lain, Bandung, Ponpes Cipasung (Tasikmalaya), Semarang, Tegal, Pekalongan, Yogyakarta, Ponpes Gontor (Ponorogo), Ponpes Lirboyo (Kediri), Surabaya, Ponpes Tebuireng (Jombang), Ponpes Raudlatut Thalibin (Rembang). (*/jno)