Padang (ANTARA) - Staf Khusus Menteri Agama RI Bidang Kerukunan Umat Beragama, Pengawasan dan Kerja Sama Luar Negeri Gugun Gumelar menekankan pentingnya konsep Trilogi Kerukunan 2.0 atau Ekoteologi sebagai kerangka dasar harmoni dalam kehidupan beragama dan pelayanan publik.
"Trilogi dengan konsep yang menempatkan tiga pilar yakni Tuhan, manusia, dan alam ini menegaskan bahwa kerukunan tidak hanya soal menjaga hubungan antarsesama, tetapi bagaimana menata relasi dengan alam dan dengan Tuhan," kata Staf Khusus Menteri Agama RI Bidang Kerukunan Umat Beragama, Pengawasan dan Kerja Sama Luar Negeri Gugun Gumelar saat memberikan pembinaan ASN Kantor Wilayah Kemenag Sumatera Barat di Padang, Senin.
Gugun mengatakan pada dasarnya harmoni bukan hanya urusan manusia dengan manusia, tetapi termasuk pula hubungan yang menjalin manusia, alam dan Tuhan dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Sebagai contoh salah satu inisiatif besar Menteri Agama yaitu Tunnel of Friendship yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta yang mana terowongan silaturahmi tersebut menjadi simbol kuat bahwa kerukunan dapat diwujudkan secara nyata.
"Pengunjung Katedral bisa parkir di Istiqlal dan pengunjung Istiqlal bisa parkir di Katedral. Tidak ada jarak, tidak ada sekat. Inilah wujud harmoni yang dibangun oleh Menteri Agama," tegas dia.
Dalam satu tahun kepemimpinan Menteri Agama Prof Nasaruddin Umar, penguatan meritokrasi dan pembenahan internal terus dilakukan. Namun, capaian terbesar tetap berada pada ranah kerukunan.
Lebih lanjut, jelas dia, salah satu momen penting pada 2024 yakni kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia yang disambut hangat oleh umat lintas agama di Masjid Istiqlal.
"Dengan kehadiran Paus ini, banyak yang mendukung, ada juga yang mencibir. Tapi yang terpenting ialah pesan persatuan itu tersampaikan," ujar dia.
Selain itu, menurut dia, kerukunan juga berkaitan dengan salah satu pilar utama Asta Cita Presiden Prabowo yang menempatkan harmoni antarumat sebagai bagian dari pembangunan nasional.
Lebih jauh, ia menekankan setiap individu termasuk aparatur kementerian tersebut harus menjadi garda terdepan dalam menjaga pilar kerukunan. Hal itu bertujuan agar setiap potensi kesalahpahaman dapat diselesaikan dengan dialog terbuka. Apalagi instansi tersebut sejatinya tidak mengenal mayoritas ataupun minoritas.
"Tidak ada mayoritas atau minoritas. Yang ada adalah satu bangsa, satu bahasa, satu Indonesia. Prinsip ini harus menjadi cermin dalam melayani masyarakat," tambahnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Stafsus Menag tekankan trilogi kerukunan 2.0 dalam kehidupan beragama
