Lubukbasung (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat menangani empat konflik atau interaksi negatif antara satwa liar dan manusia di empat nagari atau desa tersebar di Kabupaten Agam, selama Oktober 2025.
"Empat konflik tersebut berupa harimau sumatera tiga kejadian dan beruang madu satu kejadian," kata
Kepala Resor Konservasi Wilayah II Maninjau BKSDA Sumbar Ade Putra di Lubuk Basung, Kamis.
Ia mengatakan empat konflik tersebut berupa beruang madu di Lubuk Alung, Nagari Bawan, Kecamatan Ampek Nagari pada Minggu (5/10).
Sementara konflik harimau sumatera di Batu Gadang, Nagari Koto Rantang, Kecamatan Palupuh pada Minggu (12/10) dini hari.
Lalu konflik harimau sumatera di Koto Tinggi, Nagari Ampek Koto Palembayan, Kecamatan Palembayan pada Selasa (6/10).
Selain itu konflik harimau sumatera di Paningiran Bawah, Nagari Nan Limo, Kecamatan Palupuh pada Rabu (22/10).
"Kita telah menurunkan petugas ke lokasi bersama Tim Patroli Anak Nagari (Pagari) Baringin, Pagari Pasia Laweh, Pagari Salareh Aia, Centre for Orangutan Protection (COP) dan mahasiswa Kehutanan Universitas Riau (UNRI)," katanya
Ia menambahkan petugas melakukan verifikasi lapangan, mencari keberadaan satwa berupa cakaran, jejak kaki, memantau menggunakan kamera treap, drone termal dan lainnya.
Untuk penanganan konflik di Lubuk Alung dan Koto Rantang, tambahnya telah dihentikan karena satwa sudah menjauh dari permukiman.
Sementara di Koto Tinggi dan Nan Limo, petugas masih berada di lokasi untuk penanganan konflik.
"Konflik di Nan Limo kita terima saat tim menuju ke Koto Tinggi untuk melakukan penanganan konflik. Kita mendapatkan laporan konflik dari warga pada Rabu (22/10) malam, sehingga tim dibagi dua," katanya.
Ia mengimbau warga agar melakukan aktifitas ke kebun lebih dari satu orang, melakukan aktifitas di kebun mulai pukul 09.00 sampai 16.00 WIB, mengandangkan ternak di kandang dan lainnya.
