Padang (ANTARA) - Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) Ferdinal Asmin menyebut berdasarkan pemetaan di lapangan terdapat indikasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota disengaja.
"Indikasi yang kami pelajari ya, memang mengarah ke situ (sengaja dibakar). Tapi, itu masih berproses di kepolisian," kata Ferdinal Asmin di Kota Padang, Sabtu.
Namun, kata Ferdinal, untuk membuktikannya butuh penyelidikan dan pendalaman oleh pihak terkait, terutama kepolisian. Sebab, bisa saja karhutla yang terjadi karena ketidaksengajaan seperti pembuangan puntung rokok sembarangan.
Dari pengamatan petugas, kebakaran itu berawal dari bawah, kemudian menjalar ke sisi atas. Hal itu bisa terjadi, misalnya karena seseorang yang membuka lahan pertanian di luar kawasan hutan, namun kobaran api meluas ke hutan, sehingga sulit dipadamkan.
"Jadi, memang ada indikasi ke sana dan sekarang lagi didalami polisi," ujarnya.
Ia menyebutkan hingga kini Dinas Kehutanan Sumbar mencatat sedikitnya 600 hektare hutan dan lahan terbakar, dimana 85 persennya berada di luar kawasan hutan. Angka itu bisa saja lebih luas jika validasi dengan penanganan karhutla oleh BPBD atau instansi lainnya.
Sementara itu, juru bicara BPBD Provinsi Sumbar Ilham Wahab mengatakan laporan kejadian karhutla di Ranah Minang mulai terjadi pada Mei dan puncaknya Juli 2025.
"Data sementara yang kami himpun ada sekitar 1.000 hektare lahan dan kawasan hutan yang terdampak karhutla," kata Ilham Wahab.
Angka tersebut bisa bertambah mengingat masih adanya potensi karhutla di sejumlah daerah. Teranyar, BPBD melaporkan kebakaran lahan seluas 100 hektare di Kecamatan Rao Selatan, Kabupaten Pasaman pada Jumat (1/8).
