Pemkab Pasaman targetkan produksi kakao 13.213 ton di 2025

id Target produksi kakao Pasaman

Pemkab Pasaman targetkan produksi kakao 13.213 ton di 2025

Tanaman kakao milik petani Hadi Irpandi (28) asal Nagari Panti Selatan, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Rabu(19/2/2025). ANTARA/Heri Sumarno.

Lubuk Sikaping (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat menargetkan produksi biji kakao (theobroma cacao) mencapai 13.213 ton pada tahun 2025.

Bupati Pasaman Sabar AS di Lubuk Sikaping, Rabu mengatakan bahwa biji kakao merupakan salah satu produk hasil pertanian unggulan daerah setempat.

"Petani terus kita dorong meningkatkan luas lahan tanam dan perawatan kakao. Sehingga tahun ini produksi kakao terus meningkat dan petani sejahtera. Dinas Pertanian menargetkan produksi kakao 13.213 ton tahun ini," kata Sabar AS.

Dia mengatakan Dinas Pertanian Pasaman mencatat total produksi biji kakao (theobroma cacao) hingga tanggal 31 Desember 2024 lalu mencapai 12.954 ton.

Kepala Bidang Perkebunan Dinas PertanianPasaman Tjatur Supriadi mengatakan produksi biji kakao mengalami peningkatan sejak triwulan II, III, dan IV tahun lalu seiring meningkatnya harga jual ditingkat petani.

"Harga yang terus merangkak naik membuat petani meningkatkan produksi kakao sepanjang tahun 2024 kemarin. Harga biji kakao kering ditingkat petani saat ini berkisar dari Rp140.000 hingga Rp150.000 per kilogram," terang Tjatur Supriadi.

Tjatur Supriadi mengatakan luas tanam kakao di Kabupaten Pasaman saat ini mencapai 18.838 hektare.

"Produksi rata-rata 882 kilogram per hektare. Saat ini ditengah harga yang tinggi banyak petani meningkatkan luas tanam lahn kakao. Karena petani sangat diuntungkan. Makanya tahun ini kita targetkan produksinya 13.213 ton," katanya.

Ia menyebutkan saat ini jumlah Kepala Keluarga (KK) sebagai petani kakao di daerah itu mencapai 17.088 kepala keluarga yang tersebar di 12 Kecamatan.

"Seluruh kecamatan semuanya para petani menanam kakao. Jumlah produksi tahun lalu tertinggi di daerah Kecamatan Padang Gelugur sebanyak 2.349 ton dengan luas tanam 3.021 hektare yang digarap oleh 2.127 petani," kata dia.

Selanjutnya kata dia produksi terbanyak kedua di daerah Kecamatan Rao Selatan sebanyak 1.774 ton dengan luas tanam 2.492 hektare yang digarap oleh 1.545 petani.

"Kemudian disusul oleh Kecamatan Simpati produksi sebanyak 1.653 ton dengan luas tanam 2.583 hektare yang digarap 2.600 petani," katanya.

Pihaknya mengatakan akan terus mengupayakan edukasi petani dalam meningkatkan produksi kakao mulai dari pemilihan bibit berkualitas, penanganan hama penyakit dan bantuan lainnya.

"Kita juga mengusulkan kepada Kementerian Pertanian agar bisa memberikan perhatian kepada petani dalam bentuk bantuan program baik bibit maupun peralatan pengering biji kakao. Sehingga bisa membantu petani meningkatkan produksinya," katanya.

Sementara salah seorang petani kakao, Hadi Irpandi (28) asal Nagari Panti Selatan mengatakan perlunya penyuluhan kepada masyarakat tentang mengatasi hama yang bisa merusak tanaman.

"Masih banyak para petani yang belum paham tentang penanganan hama (penyakit) kakao. Baik tupai, ulat maupun hama jenis lainnya. Karena dapat merusak tanaman maupun buah kakao hingga busuk. Akhirnya petani banyak dirugikan," harap Hadi Irpandi.

Ia juga berharap kepada pemerintah agar terus bisa menjaga kondisi harga saat ini yang menguntungkan bagi petani.

"Saat ini kami petani mulai merasakan keuntungan dengan harga Rp150 ribu per kilogram. Sebab biaya operasional pertanian kakao yang tinggi bisa tertutupi. Kemudian juga bantuan peralatan pengolahan biji kakao dari pemerintah juga sangat diharapkan," sebutnya.