Padang (ANTARA) - Tradisi Tolak Bala atau yang dikenal dengan sebutan Raba'akia merupakan tradisi yang digelar setiap tahun, oleh tiga kelurahan yaitu Kelurahan Air Manis, Batang Arau dan Bukit Gado-gado, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera barat.
"Ini digelar di hari Rabu terakhir pada bulan Syafar dan sudah dilaksanakan oleh para pendahulu," kata Imam Kampung Bukit Gado Gado Suherman Malin Sampono di Padang, Rabu.
Dia mengatakan tradisi tersebut digelar sebagai wujud rasa syukur, sekaligus wadah silaturrahmi bagi warga di kelurahan tersebut.
"Jadi warga datang berbondong-bondong dalam kegiatan ini pada sore hari dan saling bertegur sapa," kata Suherman.
Suherman menjelaskan, tradisi tersebut diawali dengan salat Ashar berjamaah di Masjid Nurul Ihsan, lalu dilanjutkan dengan jalan kaki bersama sambil melantunkan shalawat menuju Pantai Air Manis.
"Ini semacam permohonan doa masyarakat agar terhindar dari bencana dan mara bahaya," katanya.
Sementara itu, tokoh masyarakat telah menyiapkan sampan berisi air yang diberi daun, air tersebutlah yang dipercaya sebagai ramuan tolak bala yang digunakan warga untuk membasuh diri bersama-sama.
“Air itu semacam ramuan paureh atau purasan untuk dibasuh kepada setiap warga," katanya.
Lalu tradisi Tolak Bala diakhiri dengan doa dan makan bersama di pinggir pantai tersebut.
"Warga diminta membawa makanan lebih agar bisa dibagi," ujarnya.
Selain warga sekitar, tradisi Tolak Bala juga menarik perhatian Emi seorang wisatawan asal Inggris. Menurutnya tradisi tersebut memiliki rangkaian kegiatan yang menarik.
"Sudah lihat banyak tradisi tapi belum ada yang seperti ini," kata Emi.
Mengenal budaya lewat tradisi Tolak Bala di Pantai Air Manis
Warga di sekitaran Pantai Air Manis, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat memperebutkan air “paureh” yang sudah didoakan, dalam tradisi Tolak Bala yang digelar pada Rabu. (ANTARA/Melani Friati)
