Jakarta, (Antara) - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengatakan volume ekspor Indonesia mengalami penurunan karena kualitas "packaging" yang belum memuaskan. "Sebenarnya bisa dikatakan 'packaging' ekspor Indonesia sudah bagus, akan tetapi adanya eksportir nakal membuat kualitas packaging menjadi berkurang," kata Dahlan Iskan usai menghadiri diskusi panel Diaspora Indonesia di Jakarta Convention Center, Jakarta, Senin. Menurut dia, pelaku eksportir nakal tidak hanya ada tiap negara berkembang melainkan juga di negara maju lainnya seperti China. "Kalau kita impor dari China kita sering kecewa soal 'packaging', semuanya begitu, kasus per kasus dan itu umum," Meskipun demikian, eksportir nakal yang berada di negara berkembang akan hilang dengan sendiri karena dipilihnya eksportir yang berkualitas. "Makanya mereka memilih eksportir yang berkualitas, di semua negara ada, Jangan berkesimpulan semuanya seperti itu," ujar dia. Menurut dia, untuk meningkatkan ekspor yaitu ada suatu strategi yang memproduksi barang-barang yang dibutuhkan pada negara tujuan ekspor tersebut. "Kita harus sesuaikan dengan produk ekspor, seperti buah tropis," kata dia. Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Juni 2013 mengalami penurunan sebesar 8,63 persen dibandingkan Mei 2013. Penurunan terbesar tercatat di ekspor nonmigas, terutama pada bahan bakar mineral sebesar 359 juta dolar Amerika Serikat. "Penurunan ekspor Juni 2013 disebabkan oleh menurunnya ekspor nonmigas sebesar 9,26 persen dari 13,21 miliar dolar AS, menjadi 11,98 miliar dolar AS," ujar Kepala BPS Suryamin, Jakarta, Kamis (1/8). Selain itu, lanjut Suryamin, ekspor migas juga mengalami penurunan sebesar 5,81 persen yaitu dari 2,93 miliar dolar AS menjadi 2,76 miliar dolar AS. Penurunan ekspor migas pun dikarenakan oleh menurunnya ekspor minyak mentah sebesar 21,04 persen menjadi 843,9 juta dolar AS dan ekspor hasil minyak sebesar 7,50 persen turun menjadi 334,3 juta dolar AS. "Sementara ekspor gas meningkat sebesar 5,48 persen menjadi 1,58 miliar dolar AS," ujar Suryamin. (*/sun)