Padang Aro (ANTARA) - Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Alue Dohong mengatakan potensi energi panas bumi sebagian besarnya berada di kawasan hutan baik lindung maupun konservasi.
"Potensi panas bumi Indonesia sekitar 24 gigawatt dan 40 persennya berada di kawasan hutan lindung dan konservasi sehingga harus dioptimalkan pemanfaatannya," kata dia saat mengunjungi PT Supreme Energy Muaralaboh, di Padang Aro, Kamis.
Dia menjelaskan, panas bumi merupakan tambang tidak memerlukan bukaan kawasan besar dan hanya butuh lahan kecil karena operasinya dibawah.
Energi panas bumi katanya, merupakan energi baru terbarukan sehingga harus dimanfaatkan karena bisa menjadi tulang punggung energi Indonesia dimasa depan.
Untuk menghasilkan energi panas bumi katanya, hutan harus dijaga karena tanpa hutan maka tidak akan ada panas bumi sebab keduanya saling mendukung satu dengan lainnya.
Senior Manager Business Relations dan General Affairs PT Supreme Energy Ismoyo Argo mengatakan, kementerian lingkungan hidup dan kehutanan merupakan pemangku kepentingan utama dalam panas bumi tanpa.
"Tanpa KLHK maka pengelolaan panas bumi tidak akan bisa berjalan," ujarnya.
Dia menjelaskan, energi panas bumi tidak menghasilkan limbah sama sekali sehingga sangat ramah lingkungan dan juga membutuhkan hutan untuk menjaga ketersediaan air.
Pada proyek panas bumi katanya, juga ada program keanekaragaman hayati seperti pemulihan eksostem, menghijaukan kawasan tandus dengan tanaman yang menghasilkan serta pemantauan satwa.
Selain di Muaralaboh PT Supreme Energy juga ada di dua lokasi lagi yaitu Rantau Dedap Sumatera Selatan dengan kapasitas 91 megawatt yang sudah beroperasi dan Raja Basa Lampung dimana kedua berada di hutan lindung.