Padang (ANTARA) - Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Sumatera Barat Darmawi meminta pemerintah daerah memperbaiki tata kelola parkir di destinasi wisata yang ada di daerah itu sehingga membuat nyaman wisatawan berkunjung.
"Kita ingin pemerintah daerah serius dalam hal ini sehingga tidak merusak citra pariwisata Sumatera Barat," kata Darmawi di Padang, Kamis.
Ia menilai akan lebih baik sistem parkir daring diberlakukan secara daring dan petugas parkir tidak bertugas menarik biaya parkir lagi sehingga mereka fokus mengatur kendaraan.
"Petugas parkir itu direkrut secara profesional dan digaji dengan layak sehingga persoalan parkir liar, atau penarikan tarif parkir sembarangan tidak lagi terjadi di tengah masyarakat," katanya.
Jika tidak dikelola dengan baik hal serupa akan terulang seperti saat libur lebaran 1443 Hijriah karena banyak tukang parkir dadakan dan menarik tarif seenaknya dan menyusahkan para wisatawan.
Selain itu para juru parkir ini sembarangan dalam mengatur parkir lalu meninggalkan kendaraan yang terparkir sehingga membuat kemacetan di destinasi wisata tersebut.
"Kami berharap ini menjadi evaluasi bagi pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi wisata yang ada, Kalau teknis pelaksanaan kita serahkan kepada pemerintah yang penting semua nyaman dan sesuai dengan aturan," kata dia
Sebelumnya ia mengatakan kunjungan wisatawan ke Sumatera Barat saat libur lebaran Idul Fitri 1443 Hijriah meningkat pesat dibandingkan sebelum masa pandemi COVID-19.
"Saya melihat ada peningkatan kunjungan ke Sumbar hampir 200 persen dibandingkan libur lebaran pada 2018 dan 2019," kata dia.
Menurut dia, peningkatan ini juga disebabkan tingginya animo perantau yang pulang ke Sumbar setelah dua tahun tertahan di perantauan akibat larangan bepergian saat pandemi COVID-19 pada 2020 dan 2021.
Hal ini tentu memberikan efek positif terhadap ekonomi Sumatera Barat karena kamar hotel yang penuh dan ramainya destinasi wisata dikunjungi oleh masyarakat yang berlibur ke daerah itu.
Selain dampak positif, lonjakan kunjungan juga memberikan dampak negatif seperti kemacetan di sepanjang jalan akibat volume kendaraan yang meningkat tajam.
Ia mencontohkan jalur dari Kabupaten 50 Kota menuju Kota Bukittinggi, Bukittinggi menuju Padang, Jalur menuju Agam, Padang menuju Pesisir Selatan, Pariaman menuju Kota Padang, Solok menuju Padang Panjang dan Sawahlunto semua macet.
Hal ini tentu menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah ke depan untuk membuat nyaman orang berlibur ke Sumbar dan tidak lagi terjebak kemacetan berjam-jam.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah tidak memperbolehkan kendaraan untuk parkir di bahu jalan di seluruh jalur destinasi wisata karena ini menjadi salah satu penyebab kemacetan saat libur lebaran.
"Seperti jalur Padang menuju Bukittinggi banyak toko, tempat makan yang tidak memiliki ruang parkir kendaraan yang cukup sehingga harus ke pinggir jalan," kata dia.***1***