Padang (ANTARA) - Usai beristirahat sejenak pada Senin siang (17/1), Saing Siregar bersama Fahmi Batubara kembali melanjutkan pekerjaannya mengoperasikan eskavator membuka lahan baru kebun sawit.
Operator alat berat tersebut mendapatkan pekerjaan membuka lahan di Nagari Situak Ujung Gading, Kecamatan Lembah Malintang, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat.
Baru satu jam bekerja untuk membuka jalan baru, dari balik semak ia dikagetkan oleh keluarnya hewan berkaki empat berwarna oranye dengan garis loreng hitam yang tak lain adalah seekor harimau sumatera.
Si raja hutan itu berjalan dengan santai mendekati eskavator yang tengah dioperasikan Saing. Melihat itu Fahmi yang sedang berada di luar bergegas lari ke dalam kabin eskavator.
Ia pun sempat saling bertatapan dengan hewan bernama latin panthera tigris sumatrae itu.
Sesampai di dalam alat berat, badan lajang yang baru bekerja di kebun itu langsung gemetar kencang sembari memberitahu Saing.
"Bang ada harimau mendekati kita, harimau ada di bawah," katanya dengan nafas tersengal.
Mendengar ada harimau, Saing langsung menghentikan alat berat sembari melihat makhluk tersebut.
Harimau tersebut sempat mendekati alat berat yang sedang bekerja, membuat Saing berhenti sejenak. Dari balik kabin ia tak menyangka bisa melihat rupa dan bertemu si raja hutan secara langsung.
Tak berapa lama harimau itu berjalan menuju ke arah karyawan yang sedang memanen buah tandan segar kelapa sawit, Saing pun mencoba untuk menghalangi harimau dan menghalau ke lahan kelapa sawit Hamparan Dua.
"Saya menghalau harimau menggunakan alat berat dan langsung lari ke lokasi pertama. Saat itu kami mengambil video harimau itu dengan telepon genggam yang kami miliki," katanya.
Setelah memastikan harimau sudah pergi, ia kembali bekerja untuk membuka jalan. Berselang beberapa menit, harimau kembali muncul dan berdiri di sekitar alat berat .
Ia mencoba untuk mengusir harimau tersebut ke lokasi pertama muncul dan raja hutan itu tidak kunjung pergi, sehingga ia menghentikan pekerjaan dan langsung membawa alat berat ke lokasi istirahat.
"Ini sudah ada tanda-tanda dari harimau, lebih baik kami mengalah dan menghentikan pekerjaan sesuai petunjuk Koordinator Peralatan Dedi Lubis. Harimaunya jinak seperti di kebun binatang," katanya
Operator dan kenek alat berat ini mengakui baru pertama kali bertemu dengan harimau secara langsung. Untuk jejak kaki harimau, tambahnya, sudah sering ditemukan saat bekerja di perkebunan kelapa sawit itu.
Sementara Koordinator Peralatan, Dedi Lubis menambahkan alat berat itu bekerja untuk membersihkan jalan yang sudah ada sebelumnya
"Jalan tidak bisa dilalui kendaraan untuk membawa tandan buah segar kelapa sawit dan ini untuk memudahkan akses transportasi di kebun," katanya.
Ia mengakui lahan perkebunan kelapa sawit itu sering didatangi harimau sumatera, bahkan satu minggu lalu ia menemukan jejak kaki harimau berukuran besar.
"Harimau yang mendekati alat berat berbeda dengan jejak harimau yang kami temukan satu minggu lalu," katanya.
Usai kejadian itu, Koordinator Peralatan, Dedi Lubis membagikan video tersebut di media sosial facebook dan menjadi viral.
Bahkan media nasional banyak yang mengambil video tersebut dan menayangkan di media mereka.
Usai viralnya video harimau yang mendekati alat berat sedang bekerja tersebut, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat menurunkan tim untuk verifikasi dan identifikasi lapangan pada Selasa (18/1).
Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Sumbar, Ade Putra mengatakan dari hasil verifikasi dan identifikasi lapangan, lokasi kemunculan satwa berada di perkebunan kelapa sawit bekas Plasma PT Pasaman Marama Sejahtera (PMS) yang telah beralih kepemilikan di Jorong Situak, Nagari Situak Ujung Gading, Kecamatan Lembah Malintang, Pasaman Barat.
Satwa muncul dekat alat berat yang sedang bekerja melakukan perbaikan jalan kebun dan bertemu dengan para pekerja. Lokasi ini berada sekitar dua kilometer dari kawasan hutan lindung yang merupakan landscape Danau Laut Tinggal.
"Kami meminta untuk sementara waktu aktivitas di lahan itu dihentikan untuk keselamatan pekerja," katanya.
Ia mengatakan Tim BKSDA Sumbar telah memasang kamera jebak untuk memonitor keberadaan satwa dan akan melakukan penghalauan satwa itu ke kawasan hutan lindung.
Penghalauan dilakukan siang dan malam dengan cara bunyi-bunyian di lokasi perkebunan kelapa sawit itu.
"Penghalauan dilakukan tiga hari ke depan dan melihat tanda keberadaan satwa itu," katanya.
Menurut dia harimau masuk ke perkebunan kelapa sawit akibat kekurangan makanan berupa babi hutan, karena babi banyak ditemukan dalam kondisi mati oleh para pekerja kebun itu pada 2021.
Babi hutan ini merupakan sumber pakan yang mudah didapat oleh satwa itu di hutan.
"Dengan kurangnya pakan, kami juga menangani konflik manusia dengan harimau sebanyak satu kejadian pada 2021 dan tahun ini dua kejadian," katanya.
Kini Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat tengah menangani konflik manusia dengan satwa liar jenis harimau sumatera pada dua lokasi di Kabupaten Pasaman Barat.
Penanganan konflik manusia dengan satwa ini dilakukan secara bersamaan, setelah ada laporan harimau masuk ke lahan perkebunan sawit.
"Penanganan konflik itu melibatkan Resor Agam dan Resor Pasaman," katanya.
Penanganan konflik pertama dilakukan di lokasi perkebunan kelapa sawit bekas lahan plasma PT Pasaman Marama Sejahtera (PMS) yang sudah beralih kepemilikan di Jorong Situak, Nagari Situak Ujung Gading, Kecamatan Lembah Malintang.
Untuk lokasi kedua, tambahnya, berada di PT Bakrie Pasaman Plantations di Nagari Sungai Aur, Kecamatan Sungai Aur, setelah mendapatkan laporan dari manajemen perusahaan itu.
Tim BKSDA Sumbar juga sudah turun ke lokasi kedua munculnya satwa bersama dengan karyawan perusahaan itu.
"Lokasi munculnya harimau ini dengan jarak sekitar 14 kilometer dari landscape Danau Laut Tinggal. Konflik pertama dengan kedua dengan jarak 16 kilometer," kata Ade Putra.
Sementara itu, Quality Healt Safety Environmental Head PT Bakrie Pasaman Plantations, Rozi Afrianto menambahkan harimau itu pertama kali dilihat karyawan saat hendak bekerja di lahan kelapa sawit pada Sabtu (15/1).
”Satwa itu dijumpai oleh beberapa karyawan saat melakukan aktivitas penyemprotan dan karyawan menemukan satwa itu tiga kali," katanya.
Setelah melihat ada satwa liar dan buas, karyawan langsung menghindari dan langsung melaporkan ke manajemen. Manajemen langsung berkoordinasi dengan BKSDA Sumbar.
Sementara jumlah satwa yang ada di lokasi perkebunan masih simpang siur. Ada melihat anaknya dan induknya.
"Laporan terakhir yang kami peroleh satwa masuk ke sekitar perumahan pada Selasa (18/1) malam. Setelah dilakukan observasi, jumlah masih diragukan, namun dari keterangan petugas BKSDA, apabila ada anak, pasti ada induknya," katanya.
Ia menambahkan aktivitas karyawan di lokasi ditemukan harimau untuk sementara diisolasi dan dihentikan.
Selain itu meminta bantuan ke tim satpam untuk memastikan karyawan tidak melakukan aktivitas di tempat dijumpai satwa ini.
Ia juga mengimbau masyarakat dan karyawan untuk tidak melakukan aktivitas keluar malam.
"Ini mengantisipasi satwa liar dan tidak menjadi korban," katanya.