Wolbachia Dapat Hambat Penyebaran Demam Berdarah

id Wolbachia Dapat Hambat Penyebaran Demam Berdarah

Jakarta, (Antara) - Akademisi Universitas Monash Australia Scott Oneill melakukan penelitian dan menyimpulkan bakteri Wolbachia dalam tubuh serangga dapat menjadi vaksin untuk menghambat penyebaran penyakit demam berdarah. Bakteri tersebut dapat memperpendek umur nyamuk Aedes Aegypti penyebab demam berdarah serta menghalangi pertumbuhan virus penyebab penyakit itu, katanya di Jakarta, Senin. "Kami melakukan percobaan ribuan kali untuk menyuntikkan bakteri Wolbachia ke tubuh nyamuk dan perlu bertahun-tahun, dan akhirnya berhasil," kata Oneill yang juga Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Universitas Monash. Bakteri Wolbachia, kata Oneill, perlu disuntikkan ke dalam tubuh Aedes Aegypti melalui metode mikro-injeksi karena nyamuk yang berasal dari Afrika tersebut, secara alamiah, tidak mempunyai sel yang mengandung bakteri Wolbachia. Beberapa serangga yang mengandung bakteri tersebut adalah lalat buah, capung dan nyamuk jenis lain selain nyamuk peyebab demam berdarah dan malaria. Oneill mengatakan, pada awalnya, penelitian di Amerika Serikat pada dekade 90-an menemukan bahwa Wolbachia dapat mengurangi umur lalat buah hingga setengah dari keseluruhan umur hidup lalat tersebut. Umur lalat hidup dan nyamuk Aedes Aegypti, kata Oneill, memiliki umur hidup yang hampir sama, sekitar 30 hari. Dia mengatakan nyamuk Aedes Aegypti membutuhkan waktu 8-12 hari untuk menularkan virus demam berdarah ke tubuh manusia. Dengan data itu, Oneill beranggapan bahwa hanya nyamuk Aedes Aegypti yang berusia tua yang dapat menularkan virus tersebut kepada manusia. "Maka dari itu dengan memperpendek umur nyamuk, penemuan bakteri tersebut dapat menghambat penyeberan virus demam berdarah," kata dia. Setelah dilakukan percobaan utuk memperpendek usia nyamuk, Oneill kemudian melakukan penelitian untuk mengetahui aktivitas bakteri tersebut di dalam tubuh nyamuk itu. Dari hasil penelitian, bakteri tersebut dapat menjadi vaksin atau penghambat untuk berkembangnya virus demam berdarah dalam tubuh nyamuk. Selain itu, dia juga mencoba penelitian untuk melepaksna nyamuk yang sudha terinfeksi bakteri itu dengan nyamuk lain di lingkungan bebas. "Di Australia utara, kami coba campur dua nyamuk yang terinfeksi dengan yang tidak dan hidup di lingkungan dan bakteri itu masih hidup di komunitas-komuitas tersebut" kata dia. Oneill melakukan penelitian ini di Australia sebagai ketua tim, bersama tim akademisi dari berbagai negara. Dengan hasil penemuan ini, dia bermaksud untuk menyebarkan bakteri Wolbachia ke nyamuk-nyamuk di negara - negara Asia Tenggara sebagai kawasan yang cukup banyak terjangkit virus demam berdarah, seperti Vietnam dan Indonesia. Demam Berdarah menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjadi salah satu penyakit dengan penyebaran tercepat di dunia. Setiap tahun terjadi 50-100 juta kali infeksi virus demam berdarah. (*/jno)