Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk melakukan evakuasi mandiri ke tempat yang lebih aman pascagempa bumi magnitudo 6,2 yang mengguncang Majene-Mamuju Sulawesi Barat pada Jumat (15/1), bukan eksodus keluar daerah.
"BMKG hanya mengeluarkan imbauan terkait arahan evakuasi untuk menyelamatkan diri, bukan eksodus meninggalkan Mamuju," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam rilis yang diterima di Jakarta, Senin.
Dia menegaskan BMKG tidak pernah menginstruksikan warga untuk meninggalkan Mamuju. Sebelumnya beredar berita bohong lewat teks percakapan WhatsApp yang berisi informasi seolah BMKG menginstruksikan warga meninggalkan Mamuju sesegera mungkin.
Imbauan BMKG tersebut mengingat bahwa gempa susulan masih dapat terjadi seperti lazimnya pasca-terjadinya gempa kuat, untuk itu masyarakat diminta mewaspadai kemungkinan gempa susulan dengan kekuatan yang signifikan.
BMKG juga mengimbau masyarakat yang tempat tinggalnya sudah rusak atau rusak sebagian, untuk tidak menempati lagi, karena jika terjadi gempa susulan signifikan dapat mengalami kerusakan yang lebih berat, bahkan dapat roboh.
Selain itu, warga yang tinggal di pesisir pantai juga diimbau untuk segera melakukan evakuasi mandiri menjauhi pantai jika terjadi gempa kuat di pantai, mengingat pesisir Majene pernah terjadi tsunami pada tahun 1969.
Evakuasi mandiri dilakukan dengan cara menjauh dari pantai segera setelah merasakan gempa kuat di pantai sebagai peringatan dini tsunami, tanpa perlu menunggu dikeluarkannya peringatan dini oleh pihak terkait.
Evakuasi mandiri sesegera mungkin efektif menyelamatkan masyarakat pesisir jika sumber gempa kuat yang terjadi berada dekat pantai, karena waktu emas penyelamatan tsunami sangat singkat, kata Dwikorita.
Begitu pula dengan masyarakat yang tinggal di kawasan perbukitan atau yang melewati jalan di tepi tebing curam, perlu waspada karena gempa susulan signifikan dapat memicu terjadinya longsoran (landslide) dan runtuhan batu (rock fall).
Kondisi tersebut juga berisiko, terlebih lagi saat ini musim hujan yang dapat memudahkan terjadinya proses longsoran karena kondisi tanah lereng perbukitan basah dan labil setelah diguncang dua kali gempa kuat.
"Kami minta masyarakat tidak percaya dengan berita bohong (hoaks), tetapi terus memantau dan mengikuti informasi resmi yang bersumber dari lembaga resmi seperti BMKG dan arahan dari BNBP/BPBD," tambah Dwikorita.
Berita Terkait
Pemprov dan DPRD Sulbar lakukan Kunker ke Bukittinggi
Selasa, 20 Desember 2022 15:50 Wib
Empat polisi terkena sabet senjata tajam saat gerebek narkoba di Polewali Mandar
Selasa, 2 Agustus 2022 13:40 Wib
Wapres hadiri Sidang Tahunan MPR kenakan pakaian adat Suku Mandar
Senin, 16 Agustus 2021 8:46 Wib
Pembangunan Masjid Minang Dermawan, bentuk bantuan Pemkot dan warga Padang untuk Sulbar
Senin, 19 April 2021 17:12 Wib
153 sekolah dan 77 kantor di Mamuju rusak terdampak gempa
Selasa, 16 Februari 2021 11:26 Wib
ACT Sumbar kirimkan 70 ton bantuan pangan dan logistik untuk korban gempa Sulbar melalui kapal kemanusiaan minang dermawan
Minggu, 14 Februari 2021 20:22 Wib
Pemkot Payakumbuh serahkan bantuan untuk korban banjir Sulbar dan Kalsel
Rabu, 10 Februari 2021 15:05 Wib
Baznas PT Semen Padang kirim 3,5 ton beras untuk korban gempa Sulbar
Selasa, 9 Februari 2021 19:35 Wib