New York, (ANTARA) - Harga minyak naik tipis pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor berharap produsen terbesar dunia akan memangkas produksi lebih banyak, sementara mereka mengabaikan perkiraan permintaan merosot karena wabah virus corona di pengimpor minyak terkemuka China.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April mengakhiri sesi naik 0,55 dolar AS atau 1,0 persen menjadi 56,34 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret ditutup 0,25 dolar AS atau 0,5 persen lebih tinggi menjadi 51,42 dolar AS per barel.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menurunkan perkiraan permintaan 2020 untuk minyak mentahnya sebesar 200.000 barel per hari, mendorong ekspektasi kelompok produsen dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, dapat memangkas produksi lebih lanjut.
"Rusia telah cukup banyak mengisyaratkan bahwa semuanya dalam OPEC+ memberikan pengurangan produksi lebih dalam," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York. "Tindakan harga minyak mentah mungkin menunjukkan posisi terendah kuat di tempat. Selama virus corona tidak menunjukkan tanda-tanda kuat bahwa penyebaran virus semakin meningkat, minyak mentah WTI dapat mencapai pertengahan 50-an dolar.”
Permintaan minyak di China, konsumen minyak mentah terbesar kedua di dunia, telah jatuh karena pembatasan perjalanan dan karantina.
Provinsi Hubei, pusat wabah, mengatakan pada Kamis (13/2/2020) jumlah kasus baru yang dikonfirmasi di sana melonjak 14.840 menjadi 48.206 pada 12 Februari dan bahwa kematian naik pada rekor harian 242 menjadi 1.310.
Pengilangan minyak China National Chemical Corp mengatakan akan menutup pabrik 100.000 barel per hari dan memotong pengolahan di dua pabrik lainnya di tengah penurunan permintaan bahan bakar.
Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan permintaan minyak pada kuartal pertama akan turun untuk pertama kalinya dalam 10 tahun, sebelum naik mulai kuartal kedua. Badan ini memangkas proyeksi pertumbuhan global setahun penuh menjadi 825.000 barel per hari.
"(Perlu) dicatat bahwa proyeksi ini untuk saat ini mengasumsikan pemulihan bentuk V dalam permintaan minyak, dengan sebagian besar penurunan terkonsentrasi pada kuartal pertama 2020," analis BNP Paribas Harry Tchilinguirian mengatakan kepada Reuters Global Oil Forum.
Brent dan WTI telah jatuh lebih dari 20 persen dari puncaknya pada Januari karena wabah penyakit.
"Semua fundamental pada dasarnya negatif dan bahkan ekuitas lebih rendah dan minyak mentah di sisi lain terus merosot," kata Bob Yawger, direktur berjangka di Mizuho di New York. "Anda bisa berpendapat bahwa mungkin angka permintaan itu tidak seburuk yang dipikirkan pasar."
Ekspektasi permintaan bahan bakar yang lebih rendah telah menggeser struktur pasar untuk Brent dan WTI menjadi sebuah contango -- di mana harga cepat lebih rendah daripada yang akan datang kemudian.
Spread enam bulan kontrak berjangka Brent diselesaikan sekitar minus 26 sen. (*)
Berita Terkait
Pertamina cek kualitas BBM dua SPBU di Kota Padang
Jumat, 5 April 2024 19:12 Wib
Antisipasi tumpahan minyak di perairan Dumai
Rabu, 3 April 2024 21:19 Wib
Kilang Balikpapan tingkatkan kapasitas jadi 360 ribu barel
Minggu, 31 Maret 2024 11:46 Wib
Lemak dan minyak penyumbang nilai ekspor terbesar Sumbar Rp1,5 triliun
Jumat, 1 Maret 2024 15:05 Wib
Pemkab Agam olah limbah plastik jadi bahan bakar minyak
Kamis, 22 Februari 2024 9:05 Wib
Pabrik pengolahan minyak sawit di Aceh Tamiang terbakar
Jumat, 16 Februari 2024 5:53 Wib
Polda Sumbar ungkap belasan kasus penyelewengan BBM bersubsidi
Sabtu, 3 Februari 2024 13:24 Wib
Harga CPO pada Februari 2024 naik 4,06 persen
Kamis, 1 Februari 2024 7:56 Wib