Harga minyak jatuh karena keraguan kesepakatan perdagangan AS dan China

id harga minyak,minyak berjangka,minyak WTI,minyak Brent

Harga minyak jatuh karena keraguan kesepakatan perdagangan AS dan China

ILUSTRASI: Harga minyak dunia turun. ANTARA/Shutterstock/am.

New York, (ANTARA) - Harga minyak jatuh sekitar dua persen pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), di tengah kekhawatiran bahwa permintaan minyak mentah global dapat tetap di bawah tekanan.

Kekhawatiran muncul karena beberapa rincian tentang fase pertama kesepakatan perdagangan AS-China tidak banyak memastikan resolusi cepat untuk pertarungan tarif.

Harga minyak juga merasakan tekanan ketika dolar AS yang memiliki hubungan terbalik dengan harga minyak mentah, menguat karena memudarnya harapan kesepakatan perdagangan dan kekhawatiran yang berkelanjutan tentang keluarnya Inggris dari Uni Eropa menarik investasi safe-haven.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember jatuh 1,16 dolar AS atau 1,92 persen, menjadi ditutup pada 59,35 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Sementara minyak mentah berjanga West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November turun 1,11 dolar AS atau 2,03 persen, menjadi menetap pada 53,59 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

"Harga minyak sedang dalam proses melepaskan sebagian besar keuntungan kuat perdagangan akhir pekan karena indikasi bertentangan dari AS dan China mengenai kemajuan perdagangan mengurangi selera risiko," kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates.

Pada Jumat (11/10/2019) malam, Washington dan Beijing menjabarkan tahap pertama dari kesepakatan perdagangan dan menangguhkan kenaikan tarif AS minggu ini. Brent dan WTI naik lebih dari tiga persen minggu lalu, kenaikan mingguan pertama mereka sejak minggu yang dimulai 20 September, karena tanda-tanda kemajuan menuju kesepakatan perdagangan yang akan mendorong permintaan minyak mentah.

Tetapi optimisme bahwa negosiasi perdagangan akan terbukti berhasil memudar, karena China mengindikasikan diskusi lebih lanjut diperlukan dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan putaran tarif impor berikutnya China masih akan mulai berlaku pada 15 Desember jika kesepakatan belum tercapai saat itu.

Tetapi tarif yang ada tetap berlaku dan para pejabat di kedua belah pihak mengatakan lebih banyak pekerjaan diperlukan sebelum kesepakatan dapat disepakati.

Sebagian besar dari keuntungan pekan lalu datang setelah Amerika Serikat mengumumkan pada Jumat (11/10/2019) bahwa pihaknya mengerahkan lebih banyak pasukan ke Arab Saudi, dan setelah sebuah kapal tanker minyak Iran diserang di Laut Merah.

Harga minyak telah menarik beberapa dukungan dari kekhawatiran bahwa eskalasi lebih lanjut di sepanjang perbatasan Suriah dan Turki dapat mempengaruhi produksi atau ekspor dari Irak. Pasukan Suriah memasuki kota timur laut pada Senin (14/10/2019).

Menteri energi Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, mengatakan eksportir minyak menunjukkan komitmen serius terhadap pengurangan produksi global dalam kesepakatan antara OPEC dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan tidak ada pembicaraan yang sedang berlangsung untuk mengubah kesepakatan OPEC+.

Menteri perminyakan Kuwait mengatakan masih terlalu dini untuk membahas kemungkinan penumpukan persediaan minyak pada 2020. Khaled al-Fadhel mengatakan kisaran harga 50 dolar AS hingga 70 dolar AS per barel akan dapat diterima.

Kepatuhan produsen OPEC+ dengan perjanjian pengurangan pasokan terlihat di atas 200 persen pada September, sumber yang akrab dengan masalah tersebut mengatakan.

Bin Salman juga mengatakan bahwa produksi minyak Arab Saudi akan pulih pada Oktober dan November ke tingkat di atas yang terlihat sebelum serangan pada instalasi energi pada September, yang membebani harga minyak. (*)