Pembuatan Jaring Ikan Tradisional Masih Terus Dipertahankan

id Nelayan,padang,sumbar,cuacaburuk,bmkg

Pembuatan Jaring Ikan Tradisional Masih Terus Dipertahankan

Hendrijon (49) saat membuat jaring ikan secara tradisional di Pasia Ulak Karang, Padang, pada Minggu (13/10). (ANTARA SUMBAR/Fathul Abdi)

Padang (ANTARA) - Pembuatan jaring ikan secara tradisional masih terus dipertahankan oleh sejumlah masyarakat nelayan sampai saat ini, salah satunya nelayan di Pasia Ulak Karang, Padang, Sumatera Barat (Sumbar).

"Saya mulai membuat jaring ini sekitar 25 tahun yang lalu, memang diajarkan oleh orang tua dan turun-temurun," kata salah seorang pembuat jaring Hendrijon (49), di Padang, Minggu.

Pembuatan jaring tersebut dilakukan dengan merajut benang tetoran dibantu alat seperti jarum rajut, dan lainnya.

Ia mengatakan jaring hasil buatannya tidak hanya dipakai oleh nelayan di Kota Padang saja, namun juga sampai Pesisir Selatan, Air Bangis, dan Tiku Kabupaten Agam.

"Sistemnya adalah pesanan, jadi pembuatannya tidak dipatok. Karena tergantung pesanan orang ," katanya.

Jaring yang dibuat terbagi dalam beberapa jenis, sesuai dengan panjang serta kerapatan anyaman. Jaring dengan panjang lima meter biasanya dijual sekitar Rp500 ribu.

Sementara yang panjang, katanya, ia kerap menerima pesanan dengna panjang mencapai 300 meter dengan lebar sekitar dua puluh meter.

"Kalau untuk yang panjang digarap secara bersama-sama, biasanya dikerjakan lima orang," katanya.

Pria yang akrab disapa Jon itu menceritakan untuk jaring dengan panjang 300 meter tersebut bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan hingga mencapai satu tahun.

Mengingat di samping membuat jaring anyam, ia juga bekerja sebagai nelayan. Sehingga harus membagi waktu.

"Dalam satu tahun biasanya ada satu atau dua pesanan yang dikerjakan," katanya.

Menurutnya pembuatan jaring secara tradisional mempunyai kelebihan karena daya tahannya lebih lama.(*)