Sabut kelapa ternyata bisa digunakan untuk membuat cat tembok
Mahasiswa UNY meneliti pemanfaatan zeolit alam dan selulosa dari sabut kelapa sebagai bahan pengisi dan perekat pada cat dinding, karena komponen dasar sabut kelapa yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin
Yogyakarta (ANTARA) - Sebanyak tiga mahasiswa dari Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta menemukan formula untuk membuat cat tembok ramah lingkungan setelah melakukan penelitian terhadap komponen dasar sabut kelapa.
"Mahasiswa UNY meneliti pemanfaatan zeolit alam dan selulosa dari sabut kelapa sebagai bahan pengisi dan perekat pada cat dinding, karena komponen dasar sabut kelapa yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin," kata pimpinan Humas UNY Dedy Herdito di Yogyakarta, Kamis.
Ketiga mahasiswa tersebut, Adelia Putri Hestiana Dewi, Anita Rahmawati, dan Fakhrizal Naufal. Mereka mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) UNY.
"Mereka meneliti hal itu dengan harapan dapat meningkatkan nilai dari limbah sabut kelapa yang selama ini belum dioptimalkan pemanfaatannya serta menjadikan salah satu produk cat yang ramah lingkungan," katanya.
Adelia Putri Hestiana Dewi mengatakan sabut kelapa mengandung serat (fiber) dan gabus (pitch) yang menghubungkan satu serat dengan serat yang lainnya.
"Sabut kelapa terdiri dari 75 persen serat dan 25 persen gabus. Potensi penggunaan serat sabut kelapa sebagai biosorben untuk menghilangkan logam berat dari perairan cukup tinggi karena serat sabut kelapa mengandung lignin dan selulosa," katanya.
Dia mengatakan serat sabut kelapa berpotensi sebagai biosorben karena mengandung selulosa yang di dalam struktur molekulnya dan mengandung gugus karboksil serta lignin yang mengandung asam phenolat yang ikut ambil bagian dalam pengikatan logam.
"Selulosa dan lignin adalah biopolimer yang berhubungan dengan proses pemisahan logam berat," kata dia.
Anita Rahmawati mengatakan penelitian dilakukan di Fakultas MIPA UNY dengan peralatan yang digunakan, yaitu satu set alat refluk, erlenmeyer, gelas beker, hot plate stirrer, pengaduk magnet, corong gelas, kertas saring, oven pemanas, neraca analitik, termometer, cawan petri, XRD, FT-IR, SEM, peralatan gelas, mufel furnance.
Bahan yang diperlukan adalah sabut kelapa, zeolit alam, aquades (H2O), natrium hipoklorit (NaOCl), asam klorida (HCl), aseton (p.a), natrium hidroksida (NaOH), acrylix, asam nitrat (HNO3), natrium nitrit (NaNO2), dinatrium sulfit (Na2SO3), dan selulosa komersial mikrokristalin.
"Setelah melalui beberapa proses penelitian di laboratorium, seperti preparasi zeolit alam, delignifikasi dan ekstraksi nano selulosa sabut kelapa, aktivasi zeolit alam, sintesis komposit zeolit nano selulosa, uji karakteristik nano selulosa sabut kelapa dan karakterisasi komposit zeolit nano selulosa sabut kelapa maka pembuatan cat tembok emulsi dilakukan," katanya.
Acrylix 300 gram dilarutkan ke dalam 300 ml air, lalu diaduk hingga homogen, kemudian ditambahkan komposit zeolit-nano selulosa dari sabut kelapa 100 gram, setelah itu kembali diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer hingga homogen dan menjadi cat tembok emulsi.
"Penelitian ini berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian Eksakta Tahun 2019 dan lolos dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional yang akan diselenggarakan di Bali akhir Agustus," kata Dedy Herdito.
"Mahasiswa UNY meneliti pemanfaatan zeolit alam dan selulosa dari sabut kelapa sebagai bahan pengisi dan perekat pada cat dinding, karena komponen dasar sabut kelapa yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin," kata pimpinan Humas UNY Dedy Herdito di Yogyakarta, Kamis.
Ketiga mahasiswa tersebut, Adelia Putri Hestiana Dewi, Anita Rahmawati, dan Fakhrizal Naufal. Mereka mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) UNY.
"Mereka meneliti hal itu dengan harapan dapat meningkatkan nilai dari limbah sabut kelapa yang selama ini belum dioptimalkan pemanfaatannya serta menjadikan salah satu produk cat yang ramah lingkungan," katanya.
Adelia Putri Hestiana Dewi mengatakan sabut kelapa mengandung serat (fiber) dan gabus (pitch) yang menghubungkan satu serat dengan serat yang lainnya.
"Sabut kelapa terdiri dari 75 persen serat dan 25 persen gabus. Potensi penggunaan serat sabut kelapa sebagai biosorben untuk menghilangkan logam berat dari perairan cukup tinggi karena serat sabut kelapa mengandung lignin dan selulosa," katanya.
Dia mengatakan serat sabut kelapa berpotensi sebagai biosorben karena mengandung selulosa yang di dalam struktur molekulnya dan mengandung gugus karboksil serta lignin yang mengandung asam phenolat yang ikut ambil bagian dalam pengikatan logam.
"Selulosa dan lignin adalah biopolimer yang berhubungan dengan proses pemisahan logam berat," kata dia.
Anita Rahmawati mengatakan penelitian dilakukan di Fakultas MIPA UNY dengan peralatan yang digunakan, yaitu satu set alat refluk, erlenmeyer, gelas beker, hot plate stirrer, pengaduk magnet, corong gelas, kertas saring, oven pemanas, neraca analitik, termometer, cawan petri, XRD, FT-IR, SEM, peralatan gelas, mufel furnance.
Bahan yang diperlukan adalah sabut kelapa, zeolit alam, aquades (H2O), natrium hipoklorit (NaOCl), asam klorida (HCl), aseton (p.a), natrium hidroksida (NaOH), acrylix, asam nitrat (HNO3), natrium nitrit (NaNO2), dinatrium sulfit (Na2SO3), dan selulosa komersial mikrokristalin.
"Setelah melalui beberapa proses penelitian di laboratorium, seperti preparasi zeolit alam, delignifikasi dan ekstraksi nano selulosa sabut kelapa, aktivasi zeolit alam, sintesis komposit zeolit nano selulosa, uji karakteristik nano selulosa sabut kelapa dan karakterisasi komposit zeolit nano selulosa sabut kelapa maka pembuatan cat tembok emulsi dilakukan," katanya.
Acrylix 300 gram dilarutkan ke dalam 300 ml air, lalu diaduk hingga homogen, kemudian ditambahkan komposit zeolit-nano selulosa dari sabut kelapa 100 gram, setelah itu kembali diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer hingga homogen dan menjadi cat tembok emulsi.
"Penelitian ini berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian Eksakta Tahun 2019 dan lolos dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional yang akan diselenggarakan di Bali akhir Agustus," kata Dedy Herdito.