Ulil: Anas Tak Menuruti Skenario SBY

id Ulil: Anas Tak Menuruti Skenario SBY

Jakarta, (Antara Sumbar) - Ketua Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan DPP Partai Demokrat Ulil Abshar Abdalla mengungkapkan Anas Urbaningrum tidak menyetujui skenario yang dibuat Ketua Majelis Tinggi Susilo Bambang Yudhoyono pada Kongres Partai Demokrat tahun 2010 di Bandung. "Kalau saja Anas mengikuti skenario yang telah dibuat SBY, maka polemik ini tidak akan terjadi," katanya pada konferensi pers terkait perkembangan politik Partai Demokrat yang bertajuk "Bagaimana Menulis Lembaran Baru & Memilih Nakhoda Baru" di Jakarta, Rabu. Ulil mengungkapkan Mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu tidak menuruti saran majelis tinggi untuk menjadi sekretaris jenderal. "Begini skenarionya, yang diinginkan jadi Ketum itu Andi Mallarangeng, Anas jadi Sekjennya," katanya. Dia juga mengungkapkan jabatan Anas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat juga tidak dihendaki oleh SBY. "SBY secara jujur berkata 'Anas adalah bayi yang tidak diharapkan', katanya. Namun, dia mengatakan pihak partai menerima kemenangan Anas pada waktu itu. "SBY ini sangat sayang sama dua orang ini, Andi dan Anas. Karena itu, ingin keduanya menjadi petinggi. Tapi, Anas tidak menurut. Kalau saja Anas menurut, tak ada cerita Nazaruddin jadi bendahara umum, kemudian Ibas jadi sekjen" katanya. Anas Urbaningrum terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat mengungguli pesaingnya Andi Mallarangeng dan Marzuki Alie pada Kongres Partai Demokrat di Bandung, 2010. Namun, dia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat (16/2) setelah ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus Wisma Atlet Hambalang, Bogor. Dalam pidato pengunduran diri tersebut, Anas dinilai "melawan" lewat pernyataannya yang menyebutkan baru lembaran pertama. Sebelumnya, pengamat politik Akbar Tandjung Institute Alfan Alfian menilai Anas merupakan simbol perlawanan politik terhadap SBY. "Anas telah menjadi simbol pihak-pihak yang melawan dan tidak menginginkan SBY," katanya. Menurut Alfan, jika pihak-pihak yang berada di belakang Anas melakukan konsolidasi yang lebih rapi, hal tersebut bisa membuat drama politik Partai Demokrat lebih panjang dan bahkan memungkinkan mengancam majelis tinggi. "Tapi, sekarang ini saya belum lihat sampai sebesar itu. Yang pasti jika konflik ini terus berlangsung, akan menimbulkan kegaduhan politik, bukan hanya partai tapi secara nasional," katanya. (*/jno)