Batusangkar,(Antaranews Sumbar) - Sebagai kerajinan tangan, tidak heran sebenarnya jika tenunan songket yang ada di Sumatera Barat, dijual dengan harga yang tinggi, hal tersebut lantaran songket diproduksi secara manual oleh tangan-tangan yang ahli.
Salah seorang pengusaha tenunan Songket Pandai Sikek Tanah Datar, Erma Yulnita di Batusangkar, Minggu, mengatakan selain karena tingkat kerumitan yang cukup tinggi saat menenun, keberadaan bahan baku juga menjadi salah satu faktor penyebab harga songket mahal.
"Dari semua bahan, beberapa diantaranya harus didatangkan dari luar negeri, seperti benang emas yang harus didatangkan dari India atau Jepang," katanya.
Erma menuturkan, benang emas merupakan salah satu bahan penting dalam pembuatan songket, sementara bahan lainnya seperti sutera dan katun masih bisa didapatkan dari dalam negeri
Selain itu, motif-motif yang ada pada songket merupakan motif tradisional Minang yang memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi selama pengerjaan, sehingga membutuhkan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan untuk menyelesaikan satu tenunan.
"Untuk menyelesaikan satu tenunan dituntut keahlian dan kesabaran dari seorang pengrajin," katanya.
Untuk harga paling mahal, Songket Pandai Sikek dijual dengan harga Rp15 juta rupiah dan yang paling murah seharga Rp1.5 juta rupiah.
Harga paling mahal tersebut merupakan harga untuk songket yang terbuat dari bahan sutera dan yang termurah terbuat dari bahan katun.
Pengusaha songket lainnya, Sarianti Ayunda mengatakan hal lain yang menyebabkan tenunan songket dijual dengan harga tinggi adalah terkait pewarna yang digunakan.
Pengusaha sekaligus pengrajin Songket Silungkang asal Sawahlunto ini menyebutkan, dalam produksi songket ia menggunakan dua bahan pewarna benang, yaitu alami dan sintetis.
Songket yang diproduksi dengan bahan pewarna alami memiliki nilai jual yang cukup tinggi dibanding dengan songket yang diproduksi dengan bahan sintetis.
"Penggunaan bahan alami ini membutuhkan waktu yang lama, mulai dari pengolahan bahan pewarna yang berasal dari alam, pewarnaan benang, hingga proses penenunan," ujarnya.
Sekalipun dijual dengan harga yang terbilang tinggi, akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan niat wisatawan untuk berbelanja songket sebagai buah tangan ketika berkunjung ke Sumbar.*
Berita Terkait
Jamu akan ditetapkan jadi warisan budaya oleh UNESCO, tenun menyusul
Jumat, 17 November 2023 5:10 Wib
Pengrajin tenun di Tanah Datar dibekali manajemen mutu dan pengelolaan IKM
Senin, 24 Juli 2023 17:21 Wib
Unand daftarkan hak kekayaan intelektual sejumlah seni motif tenun
Senin, 24 Juli 2023 16:47 Wib
Unand latih perajin tenun desain motif melalui digitalisasi komputer
Senin, 24 Juli 2023 15:59 Wib
Pengrajin tenun revitalisasi Songket Canduang bangkitkan budaya Minang
Minggu, 8 Januari 2023 11:26 Wib
Nasabah PNM studi banding ke Perajin Tenun dan Rendang di Sumbar
Kamis, 22 Desember 2022 20:27 Wib
Indra Yeni merdekakan ekonomi kaum perempuan lewat tenun Unggan
Kamis, 17 November 2022 5:56 Wib
Pandai Sikek Festival yang memamerkan pesona "ratu" songket
Rabu, 31 Agustus 2022 14:29 Wib