Suhu udara Sumbar terpantau naik setiap tahun, ini penyebabnya menurut BMKG

id pantauan suhu udara

Suhu udara Sumbar terpantau naik setiap tahun, ini penyebabnya menurut BMKG

Gedung BMKG Stasiun Pemantau Atmosfir Global Koto Tabang Kabupaten Agam difoto dari udara. (Dok BMKG)

Tren suhu udara yang terukur cenderung positif dengan laju peningkatan sebesar 0,0001 derajat celsius per tahun
Padang, (Antaranews Sumbar) - Suhu udara yang terpantau oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bukit Koto Tabang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat cenderung naik setiap tahun sejak 1999 hingga 2017.

"Tren suhu udara yang terukur cenderung positif dengan laju peningkatan sebesar 0,0001 derajat celsius per tahun," kata Kepala Seksi Observasi BMKG Stasiun Pemantau Atmosfir Global (PAG) Koto Tabang, Budi Satria dihubungi dari Padang, Kamis.

Ia menyebutkan pada 1999 suhu udara terukur dari Koto Tabang yang berada di ketinggian stasiun 865 meter di atas permukaan laut itu, yakni 21,5 derajat Celsius dan 2017 berkisar 22,4 derajat celsius.

Menurutnya hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti rumah kaca yang terdiri dari beberapa unsur, yakni metana dan karbondioksida.

Kebakaran hutan dan lahan memiliki andil besar dalam peningkatan rumah kaca, selain itu juga beberapa faktor lainnya adalah meningkatnya populasi manusia, industri dan kendaraan bermotor.

Kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera pada 2005, 2014 dan 2015 menyebabkan konsentrasi karbondioksida yang terukur melampaui konsentrasi global.

"Pada 2015 tingkat karbondioksida yang terukur mencapai 400 part per million (ppm), dan konsentrasi karbondioksida global yakni 397 ppm," ujarnya.

Pada 2016 hingga 2017 tingkat karbondioksida kembali stabil, yakni di bawah 395 ppm, atau berada di bawah konsentrasi global yang mencapai 400 ppm.

Namun, meski begitu saat ini suhu udara di wilayah ini masih masuk dalam golongan baik dan tidak mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tanaman.

Indeks standar pencemaran udara (ISPU) Sumbar masih di bawah 50 yang berarti tingkat kualitas udara tidak memberikan efek buruk bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan atau yang lainnya.

Ia menyebutkan untuk mengatisipasi terus meningkatnya suhu udara pemerintah dan masyarakat harus melakukan upaya antisipasi dan mitigasi seperti memperbanyak menanam pohon dan ruang terbuka hijau untuk meredam unsur-unsur yang menyebabkan perubahan iklim.

Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama yang lalu lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga mengurangi polusi udara, kata dia.

Selain itu juga dibutuhkan pembatasan jumlah kendaraan bermotor untuk mengurangi polusi sehingga unsur-unsur penyebab pemanasan global tidak meningkat signifikan. (*)