Kepercayaan telah hilang, Turki sebut tidak tepat bahas zona aman Suriah dengan Amerika

id Mevlut Cavusoglu

Kepercayaan telah hilang, Turki sebut tidak tepat bahas zona aman Suriah dengan Amerika

Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu. (cc)

Ada kepercayaan yang hilang dengan Amerika Serikat selama periode ini. Sampai kepercayaan itu ditanamkan lagi, tidak tepat untuk membahas masalah ini
Ankara, (Antaranews Sumbar) - Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan tidak akan benar bagi Turki dan Amerika Serikat untuk membahas "zona aman" potensial di Suriah sampai masalah kepercayaan antarsekutu NATO itu diselesaikan, kata surat kabar Hurriyet, Kamis.

Pada Rabu, media lokal mengutip Cavusoglu yang mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson telah mengusulkan zona aman 30 km di sepanjang perbatasan Turki dengan Suriah.

"Ada kepercayaan yang hilang dengan Amerika Serikat selama periode ini. Sampai kepercayaan itu ditanamkan lagi, tidak tepat untuk membahas masalah ini," kata Hurriyet mengutip Cavusoglu.

Komentar Cavusoglu tampaknya sejalan dengan pernyataan pejabat senior A.S. minggu ini, yang telah mengatakan bahwa Turki belum siap untuk secara rinci membahas proposal semacam itu.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendesak Turki untuk membatasi operasi militernya di Suriah utara dan memperingatkannya agar tidak menyebabkan konflik antara pasukan A.S. dan Turki ke dalam konflik.

Namun, para analis mengatakan bahwa Trump memiliki sedikit pengaruh untuk menghentikan serangan sekutu NATO di sana.

Operasi udara dan darat Turki di wilayah Afrin, Suriah, yang kini memasuki hari kelima, menargetkan pejuang YPG Kurdi yang didukung A.S., yang dilihat Ankara sebagai sekutu pemberontak Kurdi yang telah diperangi di Turki tenggara selama beberapa dekade.

Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan bahwa dia akan memperpanjang operasi ke Manbij, sebuah daerah terpisah yang dikuasai Kurdi sekitar 100 km (60 mil) timur Afrin. Keputusan itu mungkin menempatkan pasukan A.S. di sana dalam risiko dan mengancam rencana AS untuk menstabilkan wilayah Suriah.

Berbicara dengan Erdogan melalui telepon, Trump menjadi pejabat terakhir A.S. untuk mencoba mengendalikan serangan tersebut dan untuk secara tajam menunjukkan risiko dari dua kekuatan sekutu itu untuk terlibat konflik.

"Dia mendesak Turki untuk mengurangi, membatasi tindakan militernya, dan menghindari korban sipil," menurut sebuah pernyataan dari Gedung Putih.

"Dia mendesak Turki untuk berhati-hati dan menghindari tindakan yang mungkin menimbulkan risiko konflik antara pasukan Turki dan Amerika."

Amerika Serikat memiliki sekitar 2.000 tentara di Suriah.

Erdogan mengatakan kepada Trump bahwa Amerika Serikat harus menghentikan dukungan senjata kepada milisi YPG Kurdi Suriah, kata kantor presiden Turki tersebut.

Serangan tersebut telah membuka konflik baru dalam perang saudara Suriah multi pihak yang telah berlangsung tujuh tahun dan usaha A.S. yang rumit di Suriah.

Amerika Serikat berharap untuk menggunakan kontrol YPG terhadap wilayah tersebut untuk memberikannya kekuatan diplomatik yang dibutuhkannya untuk menghidupkan kembali perundingan yang dipimpin PBB di Jenewa dalam sebuah kesepakatan yang akan mengakhiri perang saudara Suriah dan akhirnya menyebabkan penggulingan Presiden Bashar Assad . (*)